Breaking

Monday, September 3, 2018

Penjelasan Tentang Allah - Elohim - Theos


Kata Allah sangatlah agung dalam bahasa Indonesia. Namun perlu kita ketahui kebenarannya dengan mencari tahu asal kata ‘Allah’ itu. Karena kalau kita perhatikan, dalam Alkitab terjemahan Inggris, tidak pernah kita jumpai kata Allah tapi menggunakan kata ‘Father’.

Asal kata Allah

Kata Allah berasal dari bahasa Arab. Kata ini bukan hanya digunakan oleh umat Muslim tapi juga oleh umat Kristen yang berbahasa Arab.
Bagi umat Muslim, Allah adalah nama Tuhan, namun bagi umat Kristen, Allah merujuk pada YHVH.
Umat Kristen berbahasa Arab umumnya menggabung kata Allah dengan kata lain. Misalnya “Allah al-Ab” yang artinya “Allah Bapa”

Perdebatan atas sebutan nama Allah

Akhir-akhir ini sebutan Allah ramai dibicarakan dan diperdebatkan baik antara Kristen dan Muslim, maupun di kalangan umat Kristen sendiri.
Para penganut Muslim Malaysia berkeberatan umat Kristen menggunakan nama Allah yang diklaim sebagai nama Tuhan mereka.
Sebaliknya di Indonesia, ada sebagian umat Kristen menolak menggunakan kata Allah karena menganggap itu berasal dari nama berhala.

Buku “Who is this Allah”

Penolakan kata Allah oleh sebagian umat Kristen di Indonesia bersumber dari sebuah buku berjudul “Who is this Allah” yang ditulis Januari 2008 oleh penulis orientalis, GJO Moshay.
Menurut penjelasan penulis, buku itu ditulis terkait serangan teroris yang menghancurkan menara the World Trade Center dan gedung Pentagon, 11 September 2001.
Beliau bertanya-tanya, “Mengapa para teroris bertindak atas nama Allah? Siapa Allah mereka itu?” Setelah melakukan penyelidikan atas situs dan naskah kuno dan juga dari berbagai sumber lainnya yang berhubungan dengan kata Allah, lalu Moshay menyimpulkan dan menjelaskan dalam bukunya bahwa nama Allah itu berasal dari nama dewa bulan bangsa Arab.


Penolakan terhadap nama Allah

Maka hebohlah beberapa orang Kristen yang terpengaruh buku itu. Mereka menolak keras sebutan Allah itu dan mengajak umat Kristen lain agar juga menolak nama itu.
Mereka menganjurkan agar kata Allah diganti dengan Elohim. Bahkan ada yang menyarankan mengganti kata Allah dengan Yahweh. Tentu saja mengganti dengan Yahweh tidak tepat sebab kata Allah bukan berasal dari YHVH, tapi dari bahasa Ibrani Elohim Perjanjian Lama dan dari bahasa Yunani Theos Perjanjian Baru.

Elohim dan Theos

Bangsa Israel menyembah Elohim

Disamping YHWH dan Adonay, bangsa Israel juga menyembah Elohim. "Akulah Allah (Elohim) ayahmu, Allah (Elohim) Abraham, Allah (Elohim) Ishak dan Allah (Elohim) Yakub." (Keluaran 3:6a)
Dalam terjemahan kitab Septuaginta LXX, para tokoh Yahudi menerjemahkan kata Elohim menjadi Theos. Dalam Alkitab LAI, kata Elohim dan Theos diterjemahkan menjadi Allah.

Siapakah Elohim?
Elohim adalah Pencipta Alam Semesta, yaitu Allah yang disembah Abraham, Ishak dan Yakub. Pada umumnya Elohim merujuk pada Allah sejati yang berpadanan dengan nama YHVH
Elohim kata benda jamak. Bentuk jamak ini untuk menyatakan keagunganNya. Walaupun berbentuk jamak, namun pengertiannya tunggal sebab Allah itu tunggal. Bentuk tunggal Elohim adalah Eloah. Terkadang Elohim disingkat El.
Namun harus diketahui bahwa kata Elohim ini bukan hanya untuk YHVH, tapi juga digunakan untuk dewa berhala kafir dan manusia.

Elohim dalam konteks TUHAN bangsa Israel

Sang Pencipta “Pada mulanya Allah (Elohim) menciptakan langit dan bumi.” (Kej. 1:1) “Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TUHAN (YHVH) Allah (Elohim) menjadikan bumi dan langit” (Kej. 2:4)
Raja Semesta “Sebab Allah (Elohim) adalah Raja seluruh bumi, bermazmurlah dengan nyanyian pengajaran!” (Maz. 47:8)
Allah Sang Hakim “Langit memberitakan keadilan-Nya, sebab Allah (Elohim) sendirilah Hakim.” (Maz. 50:6)
Sang Penguasa (Adonay) “Aku hendak bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan (Adonay), Allahku (Elohai), dengan segenap hatiku, dan memuliakan nama-Mu untuk selama-lamanya” (Mazmur 86:12)

Juru Selamat “Tetapi Aku adalah TUHAN, Allahmu (Eloheykha) sejak di tanah Mesir; engkau tidak mengenal allah (Elohim) kecuali Aku, dan tidak ada juruselamat selain dari Aku.” (Hosea 13:4)
Yang Setia “Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa TUHAN, Allahmu (Eloheykha), Dialah Allah (Ha-Elohim), Allah yang setia (Ha'el Hane'eman), yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada perintah-Nya, sampai kepada beribu-ribu keturunan” (Ulangan 7:9)
Pengasih dan Penyayang “Sebab TUHAN, Allahmu (Eloheykha), adalah Allah Penyayang (El Rakhum), Ia tidak akan meninggalkan atau memusnahkan engkau dan Ia tidak akan melupakan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu.” (Ula. 4:31)
Yang Benar  “TUHAN adalah Allah (Elohim) yang benar.” (Yeremia 10:10)

Elohim dalam konteks dewa berhala

“Allah (Elohim) segala bangsa adalah berhala.” (1 Tawarikh 16:26, Mazmur 96:5)
“Sekarang aku tahu, bahwa TUHAN lebih besar dari segala allah (Elohim); sebab Ia telah menyelamatkan bangsa ini dari tangan orang Mesir, karena memang orang-orang ini telah bertindak angkuh terhadap mereka." (Keluaran 18:11)
“Nama allah (Elohim) lain, janganlah kamu panggil, janganlah nama itu kedengaran dari mulutmu.” (Keluaran 23:13)

Elohim dalam konteks manusia

Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah (Elohim) bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu.” (Keluaran 7:1)
Alkitab Perjanjian Baru
Dalam era Perjanjian Baru, bangsa Israel tidak lagi menggunakan bahasa Ibrani sebagai bahasa pergaulan tapi menggunakan bahasa Yunani, Aram, dan Latin.
Oleh karena itu, para penulis Perjanjian Baru tidak menulis teks dalam bahasa Ibrani tapi bahasa Yunani dan sebagian bahasa Aram. Jadi dalam Perjanjian Baru tidak tertulis Elohim tapi Theos.
Contoh penggunaan bahasa Aram dalam Perjanjian Baru, “Eloi, Eloi lama sabakhtani” yang berarti “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Markus 15:34)


Penggunaan kata Theos

Theos digunakan bagi Tuhan maupun bagi dewa berhala dan manusia. Jika digunakan bagi Tuhan, Theos diterjemahkan LAI menjadi Allah, tapi jika bagi berhala dan manusia Theos diterjemahkan allah.

Kata Theos bagi Allah Sejati

“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah (Theos) dan Firman itu adalah Allah (Theos). (Yohanes 1:1)
“Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah (Theos) Bapa (Pater), sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan.” (1 Korintus 15:24)

Kata Theos bagi dewa berhala

Sebab sungguhpun ada apa yang disebut "allah (Theos)," baik di sorga, maupun di bumi dan memang benar ada banyak "allah (Theos)" dan banyak "tuhan" yang demikian (1 Kor. 8:5)
“Kepada Harun mereka berkata: Buatlah untuk kami beberapa allah (Theos) yang akan berjalan di depan kami.” (Kis. 7:40a)
“Dahulu, ketika kamu tidak mengenal Allah, kamu memperhambakan diri kepada allah-allah (Theos) yang pada hakekatnya bukan Allah.” (Galatia 4:8)

Kata Theos bagi manusia

Kata Yesus kepada mereka: "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah (Theos)?” Yohanes 10:34)
Dan rakyatnya bersorak membalasnya (Herodes-red): "Ini suara allah (Theos) dan bukan suara manusia!" (Kisah Para Rasul 12:22)
Bagaimana jika kata Allah dihilangkan?
Kita sudah memahami kata Allah itu berasal dari Elohim dan Theos. Bagaimana kalau kita mengganti Allah dengan kedua kata itu?

Untuk Perjanjian Lama, Allah berasal dari Elohim. Namun persoalan yang harus dipikirkan adalah kata Elohim itu banyak perubahannya.
Misalnya Allahku berasal dari Elohai, bukan Elohimku. Allahmu dari Eloheykha, bukan Elohimmu. Allah yang setia adalah Ha'el Hane'eman. Allah Penyayang adalah El Rakhum. Dan perubahan lainnya. Jadi tidak asal ganti dengan kata Elohim.
Sedangkan dalam Perjanjian Baru, asal kata Allah adalah Theos, bukan Elohim. Jadi kalau kita menggunakan kata Elohim, tidak sesuai dengan naskah aslinya. Akibatnya akan ada dua sebutan untuk Allah, yaitu Elohim dan Theos.

Demikian penjelasan tentang Allah – Elohim – Theos. Kata Elohim dan Theos tidak hanya merujuk pada Tuhan tapi juga pada dewa berhala dan manusia, sama seperti kata Allah. Jadi kalau kita menolak kata Allah karena dianggap nama berhala, kita juga harus menolak kedua kata itu. Namun inti darei kekristenan bukanlah itu. Tapi semua sudah tersedia, apa salahnya kita belajar tentang Kebenaran nama Bapa kita yang telah menebus kita dari pada kebinasaan dengan harga yang sangat-sangat mahal. Kiranya artikel ini bermanfaat bagi saudara-saudara semua. Terima kasih. God Bless.

No comments:

Post a Comment