Breaking

Sunday, September 9, 2018

Pelajaran tentang Orang Farisi (zaman now) dan si Pemungut Cukai


Saya sangat suka dengan perumpamaan-perumpamaan yang ada di Alkitab Perjanjian Baru. Karena menurut saya itu pengajaran yang cerdas dan membutuhkan hikmat untuk mengetahuinya.
Matius 21:31 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah.”

Perumpamaan Orang Farisi dan Pemungut Cukai

Nih pelajaran yang berharga bagi kita dan perlu kita perhatikan. Kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, menganggap semua orang lain adalah pendosa dan merasa najis kepada semua orang. Pokoknya otang Farisi zaman now  ini luar biasa cara pandangnya terhadap orang lain dan parahnya lagi dia bukan secerdas orang Farisi tetapi hanya karena mereka adalah pelayan di sebuah Gereja. Mari kita perhatikan perumpamaan di bawah ini agar kita mengerti apa sih yang berkenan kepada Tuhan.

Lukas 18:9-14 Tuhan Yesus mengatakan perumpamaan ini: Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepadaMu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan”

Wauw, kita lihat bagaimana orang Farisi yang sombong itu, dan untuk zaman sekarang orang seperti ini sangat banyak dan saya sebut itu adalah sombong rohani. Hanya bedanya orang Farisi adalah orang yang cerdas, sedangkan orang Farisi zaman now tidaklah cerdas. Sebaliknya bagaimana pemungut cukai itu tau diri dan takut serta hormat kepada Tuhan. Bahkan dikatakan untuk menengadahpun dia tidak berani. Sungguh manusia yng tau diri dan tau merendahka diri kepada Tuhan. Sikap inilah yang di sukai Tuhan. Tuhan jijik dengan kesombongan. Mari kita ingat itu!

Pemimpin Agama Yahudi
     
Di kalangan Yahudi ada 3 kelompok pemimpin agama, yaitu Saduki, Ahli Taurat, dan Farisi. Kelompok Saduki, diduga berasal dari nama imam Zadok, hanya percaya pada lima kitab Musa. Karena kelima kitab itu tidak membahas kehidupan sesudah kematian, kelompok ini tidak percaya kebangkitan. Yesus menyebut mereka sesat. (Matius 22:29) Ahli Taurat adalah orang yang belajar hukum Taurat dan hapal isi dan nubuatan dalam kitab ini. Farisi adalah kelompok yang sangat taat menjalankan hukum Taurat dan adat istiadat Yahudi yang tertuang dalam kitab Talmud. 

Ketiga kelompok ini amat berpengaruh dalam hidup keagamaan bangsa Yahudi. Mereka menganggap diri suci dan benar serta menganggap orang di luar kelompok mereka sebagai orang berdosa yang akan menerima hukuman Allah.

Karakter Orang Farisi
     
Yesus mengakui posisi mereka dalam tata ibadah Yahudi, "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.” (Matius 23:2-3)
     
Seandainya saat ini ada orang Farisi menjadi jemaat di gereja, pasti kita akan kagum padanya. Bayangkan, dia rajin beribadah, hapal isi Alkitab, puasa seminggu dua kali, membayar perpuluhan dengan tepat, menjaga kekudusan diri dari kenajisan dan perzinahan, dan mahir mengajar kitab suci.
     
Yesus berkata, “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. (Matius 5:20) Namun, dalam kenyataan banyak hidup keagamaan umat Kristen malah berada jauh di bawah mereka.
     
Namun Yesus mencela orang Farisi karena munafik, sombong, memandang rendah orang lain, suka dipuji, menghakimi, dan hamba uang. Sifat itu disebut ragi Farisi. Yesus berkata, "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki." (Matius 16:6) Namun, faktanya justru banyak orang Kristen memperlihatkan secara jelas ragi Farisi ini dalam kehidupan mereka.

Pemungut Cukai
     
Pemungut cukai ialah petugas yang menarik pajak dari rakyat Yahudi untuk disetorkan pada penjajah, yaitu bangsa Romawi. Pemungut cukai amat dibenci umat Israel karena dianggap penghianat yang bekerja untuk kepentingan penjajah dan memeras rakyat. Mereka dijuluki orang berdosa dan dipadankan dengan pelacur.

Memposisikan Diri
    
Pada kisah di muka, orang Farisi menyampaikan doa syukur, tapi bukan atas kebaikan Allah melainkan atas kebaikan diri sendiri dan ia juga merendahkan orang lain. Sebaliknya, doa si pemungut cukai adalah doa penyesalan dan permohonan ampun atas dosanya. Allah membenarkan orang ini dan Farisi itu tidak.
     
Manusia senang memposisikan diri pada sesuatu yang menguntungkan. Dalam kisah Daud lawan Goliat, anak sekolah Minggu akan memposisikan diri sebagai Daud, bukan Goliat. Membaca kisah ini, kita pun akan memposisikan diri sebagai pemungut cukai yang dibenarkan Allah, bukan sebagai orang Farisi. Kita tidak setuju atas sikap orang Farisi itu.
    
Namun, sama seperti nabi Natan menunjuk Daud (2 Raja-raja 12:7a) "Engkaulah orang itu!”, saat ini pun mungkin Firman Tuhan berkata, “Engkaulah si Farisi itu!” Bukankah tanpa sadar kita sering bertindak seperti orang Farisi itu?

   Baca juga : Pengertian Orang Fasik

Tuhan melihat hati
     
Pandangan manusia dan Allah itu amat berbeda. Manusia melihat lahiriah sedangkan Allah melihat jauh ke dalam hati. “Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya." (Yeremia 17:10)
     
Kita sering salah dalam menilai, tetapi Allah tidak. Bisa saja orang akan menilai diri kita baik karena tertipu dengan penampilan kita. Mereka memuji dan bahkan menyanjung-nyanjung kita sehingga kita terlena dan berpikir, “Benar juga, saya orang baik. Bukankah saya tidak seperti si A yang hidup dalam dosa?” Tanpa sadar kita telah terjebak berperan seperti Farisi itu.

Mari Introspeksi Diri
     
Sekarang mari kita introspeksi diri kita. Waspadalah terhadap ragi Farisi yang selalu mengintai dari dalam hati kita. Saat pelayanan kita berhasil, kita sering dipuji atau memuji diri sendiri. Saat menerima pujian, rasanya kita terbang melayang tinggi, mengagumi diri sendiri. Berhati-hatilah, karena di balik pujian itu, ada lubang maut besar menganga siap menelan kita ke dalamnya. Dan seperti saya sebutkan diatas, jika sombong rohani sudah menggerogoti kita, kita akan kehilangan kasih dan rendah hati. Kesombongan kita itu akan membawa kita kepada tempat dimana kita terus mencari pujian-pujian orang lain untuk kita. Hati-hatilah!
    
Ingat ajaran Tuhan Yesus, “Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan." (Lukas 17:10). Dan Firman inipun untuk orang-orang yang sudah melakukan apa yang sudah diperintahkan Tuhan loh. Jadi apa jadinya bagi kita yang belum melakukan perintah Tuhan? Hanya karena kita sudah menjadi pelayan di Gereja kita sudah berani sombong! Sungguh sangatlah berani jika kita melakukan itu. 

Mari, mari saudara kita mulai introspeksi diri kita atau keluaga kita yang kita lihat sudah seperti orang Farisi zaman now. Ingatkan dengan penuh kasih. Lebih baik Tuhan yang memuji dan menyebut kita sebagai hamba yang baik dan setia (Matius 25:21), bukan kita yang memuji dan menilai baik diri kita sendiri. Ibarat kata orang batak, puji diri hamamago, puji Tuhan Haleluya. Hehe.
Demikia artikel ini, semoga bermanfaat bagi semua. Terima kasih. God Bless.

No comments:

Post a Comment