Saya sangat suka dengan perumpamaan-perumpamaan yang ada
di Alkitab Perjanjian Baru. Karena menurut saya itu pengajaran yang cerdas dan
membutuhkan hikmat untuk mengetahuinya.
Matius 21:31 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal
akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah.”
Perumpamaan
Orang Farisi dan Pemungut Cukai
Nih pelajaran yang berharga bagi kita dan perlu kita
perhatikan. Kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang
rendah semua orang lain, menganggap semua orang lain adalah pendosa dan merasa
najis kepada semua orang. Pokoknya otang Farisi zaman now ini luar biasa cara pandangnya terhadap orang
lain dan parahnya lagi dia bukan secerdas orang Farisi tetapi hanya karena
mereka adalah pelayan di sebuah Gereja. Mari kita perhatikan perumpamaan di
bawah ini agar kita mengerti apa sih yang berkenan kepada Tuhan.
Lukas 18:9-14 Tuhan Yesus mengatakan perumpamaan ini: Ada
dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang
lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini:
Ya Allah, aku mengucap syukur kepadaMu, karena aku tidak sama seperti semua
orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga
seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan
sepersepuluh dari segala penghasilanku.
Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia
tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya
Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini
pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu
tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa
merendahkan diri, ia akan ditinggikan”
Wauw, kita lihat bagaimana orang Farisi yang sombong itu,
dan untuk zaman sekarang orang seperti ini sangat banyak dan saya sebut itu
adalah sombong rohani. Hanya bedanya orang Farisi adalah orang yang cerdas,
sedangkan orang Farisi zaman now tidaklah cerdas. Sebaliknya bagaimana pemungut
cukai itu tau diri dan takut serta hormat kepada Tuhan. Bahkan dikatakan untuk
menengadahpun dia tidak berani. Sungguh manusia yng tau diri dan tau merendahka
diri kepada Tuhan. Sikap inilah yang di sukai Tuhan. Tuhan jijik dengan
kesombongan. Mari kita ingat itu!
Pemimpin Agama Yahudi
Di kalangan
Yahudi ada 3 kelompok pemimpin agama, yaitu Saduki, Ahli Taurat, dan Farisi.
Kelompok Saduki, diduga berasal dari nama imam Zadok, hanya percaya pada lima
kitab Musa. Karena kelima kitab itu tidak membahas kehidupan sesudah kematian,
kelompok ini tidak percaya kebangkitan. Yesus menyebut mereka sesat. (Matius
22:29) Ahli Taurat adalah orang yang belajar hukum Taurat dan hapal isi dan
nubuatan dalam kitab ini. Farisi adalah kelompok yang sangat taat menjalankan
hukum Taurat dan adat istiadat Yahudi yang tertuang dalam kitab Talmud.
Ketiga kelompok
ini amat berpengaruh dalam hidup keagamaan bangsa Yahudi. Mereka menganggap
diri suci dan benar serta menganggap orang di luar kelompok mereka sebagai
orang berdosa yang akan menerima hukuman Allah.
Karakter
Orang Farisi
Yesus mengakui
posisi mereka dalam tata ibadah Yahudi, "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang
Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala
sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti
perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak
melakukannya.” (Matius 23:2-3)
Seandainya saat
ini ada orang Farisi menjadi jemaat di gereja, pasti kita akan kagum padanya.
Bayangkan, dia rajin beribadah, hapal isi Alkitab, puasa seminggu dua kali,
membayar perpuluhan dengan tepat, menjaga kekudusan diri dari kenajisan dan
perzinahan, dan mahir mengajar kitab suci.
Yesus berkata,
“Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam
Kerajaan Sorga. (Matius 5:20) Namun, dalam kenyataan banyak hidup keagamaan
umat Kristen malah berada jauh di bawah mereka.
Namun Yesus
mencela orang Farisi karena munafik, sombong, memandang rendah orang lain, suka
dipuji, menghakimi, dan hamba uang. Sifat itu disebut ragi Farisi. Yesus
berkata, "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan
Saduki." (Matius 16:6) Namun, faktanya justru banyak orang Kristen
memperlihatkan secara jelas ragi Farisi ini dalam kehidupan mereka.
Pemungut
Cukai
Pemungut cukai
ialah petugas yang menarik pajak dari rakyat Yahudi untuk disetorkan pada
penjajah, yaitu bangsa Romawi. Pemungut cukai amat dibenci umat Israel karena
dianggap penghianat yang bekerja untuk kepentingan penjajah dan memeras rakyat.
Mereka dijuluki orang berdosa dan dipadankan dengan pelacur.
Memposisikan
Diri
Pada kisah di
muka, orang Farisi menyampaikan doa syukur, tapi bukan atas kebaikan Allah
melainkan atas kebaikan diri sendiri dan ia juga merendahkan orang lain.
Sebaliknya, doa si pemungut cukai adalah doa penyesalan dan permohonan ampun
atas dosanya. Allah membenarkan orang ini dan Farisi itu tidak.
Manusia senang
memposisikan diri pada sesuatu yang menguntungkan. Dalam kisah Daud lawan
Goliat, anak sekolah Minggu akan memposisikan diri sebagai Daud, bukan Goliat.
Membaca kisah ini, kita pun akan memposisikan diri sebagai pemungut cukai yang
dibenarkan Allah, bukan sebagai orang Farisi. Kita tidak setuju atas sikap
orang Farisi itu.
Namun, sama
seperti nabi Natan menunjuk Daud (2 Raja-raja 12:7a) "Engkaulah orang
itu!”, saat ini pun mungkin Firman Tuhan berkata, “Engkaulah si Farisi itu!”
Bukankah tanpa sadar kita sering bertindak seperti orang Farisi itu?
Tuhan
melihat hati
Pandangan
manusia dan Allah itu amat berbeda. Manusia melihat lahiriah sedangkan Allah
melihat jauh ke dalam hati. “Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji
batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah
langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya." (Yeremia 17:10)
Kita sering
salah dalam menilai, tetapi Allah tidak. Bisa saja orang akan menilai diri kita
baik karena tertipu dengan penampilan kita. Mereka memuji dan bahkan
menyanjung-nyanjung kita sehingga kita terlena dan berpikir, “Benar juga, saya
orang baik. Bukankah saya tidak seperti si A yang hidup dalam dosa?” Tanpa
sadar kita telah terjebak berperan seperti Farisi itu.
Mari
Introspeksi Diri
Sekarang mari
kita introspeksi diri kita. Waspadalah terhadap ragi Farisi yang selalu
mengintai dari dalam hati kita. Saat pelayanan kita berhasil, kita sering
dipuji atau memuji diri sendiri. Saat menerima pujian, rasanya kita terbang
melayang tinggi, mengagumi diri sendiri. Berhati-hatilah, karena di balik
pujian itu, ada lubang maut besar menganga siap menelan kita ke dalamnya. Dan seperti
saya sebutkan diatas, jika sombong rohani sudah menggerogoti kita, kita akan
kehilangan kasih dan rendah hati. Kesombongan kita itu akan membawa kita kepada
tempat dimana kita terus mencari pujian-pujian orang lain untuk kita. Hati-hatilah!
Ingat ajaran
Tuhan Yesus, “Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan
kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna;
kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan." (Lukas 17:10). Dan Firman
inipun untuk orang-orang yang sudah melakukan apa yang sudah diperintahkan Tuhan
loh. Jadi apa jadinya bagi kita yang belum melakukan perintah Tuhan? Hanya karena
kita sudah menjadi pelayan di Gereja kita sudah berani sombong! Sungguh sangatlah
berani jika kita melakukan itu.
Mari, mari saudara kita mulai introspeksi diri
kita atau keluaga kita yang kita lihat sudah seperti orang Farisi zaman now. Ingatkan
dengan penuh kasih. Lebih baik Tuhan yang memuji dan menyebut kita sebagai
hamba yang baik dan setia (Matius 25:21), bukan kita yang memuji dan menilai
baik diri kita sendiri. Ibarat kata orang batak, puji diri hamamago, puji Tuhan
Haleluya. Hehe.
Demikia artikel ini, semoga bermanfaat bagi semua. Terima
kasih. God Bless.
No comments:
Post a Comment