Keimanan
Kristen
Sering kali bahkan bukan sebuah fenomena mengherankan
lagi bahwa keimanan Kristen di pertanyakan bahkan tidak jarang terlalu gampang
mereka meremehkan Tuhan kita. Tapi itu tidak pernah membuat kita marah atau
balik menyerang karena itulah kelebihan pengajaran iman kita yaitu Kasih. Keimanan
umat Kristen yang dianggap paling kontroversial bagi orang non Kristen adalah
mempercayai Yesus sebagai Tuhan Allah, Yang Maha Kuasa, Sang Pencipta alam
semesta, Penguasa langit dan bumi beserta segala isinya. Umat Kristen bahkan
menyembah Yesus sebagai Tuhan Allah.
Mereka
terheran-heran atas keimanan itu. “Walaupun Yesus itu seorang nabi utusan
Allah, bukankah Yesus adalah manusia biasa seperti kita dengan segala
keterbatasanNya. Mengapa umat Kristen mengimani Yesus sebagai Tuhan Allah? Apa
dasar keimanan umat Kristen itu?”
Tuhan
kok bisa mati?
Menurut
keyakinan umum, Tuhan Allah itu bersifat transenden, Maha Kuasa, Maha Besar,
bertahta di Sorga, hidup kekal, tanpa awal dan akhir, tidak dilahirkan dan
tidak bisa mati, tidak terkalahkan, dan sama sekali tidak bersifat seperti
manusia.
Padahal dalam
Kitab Suci umat Kristen tertulis Yesus lapar, haus, tertidur, sedih, marah,
takut, kesakitan, lelah, bahkan mati. Sama seperti yang dialami manusia biasa.
Jika Yesus itu
Allah Yang Maha Kuasa, mengapa Dia merasakan semua itu? Bahkan Yesus pun mati.
Bukankah Tuhan Allah tidak bisa mati? Berarti sifat transenden Allah sama
sekali tidak terdapat dalam diri Yesus. Karena itu tidak mungkin Yesus adalah
Tuhan Allah. Itu pendapat mereka yang belum memahami keTuhanan Yesus.
Paulus
dituduh memutar-balikkan ajaran Injil
Maka mereka kemudian menuduh Rasul Pauluslah
yang mengubah-ubah ajaran Yesus. Sehingga karena demikian kuatnya pengaruh
ajaran Paulus, maka dalam sidang Gereja Awal, para tokoh Kristen sepakat
mengangkat Yesus sebagai Tuhan Allah. Itulah karangan hasil imajinasi mereka
yang menolak keTuhanan Yesus.
Tentu saja
tuduhan dan karangan itu amat tidak masuk akal. Sebab umat Kristen pasti
mengetahui bahwa tidak mungkin manusia bisa mengangkat manusia lain menjadi
Tuhan Allah.
Baca juga Benarkah Rasul Paulus adalah Penyesat?
Menganggap
Allah tidak berkuasa
Jika tuduhan
itu benar, betapa hebatnya Rasul Paulus. Hanya dalam beberapa tahun saja, dia
mampu mengalahkan kuasa Allah, merusak ajaran Yesus dan menyesatkan umat
Kristen di seluruh dunia.
Bukankah itu
berarti Yesus adalah pecundang? Atau mereka mengatakan bahwa misi Yesus, yang
mereka sebut Utusan Allah, telah gagal total? Mengapa? Karena setelah
mengajarkan ajaranNya yang luar biasa, dengan mudah ajaran Yesus
diputar-balikkan oleh Paulus sehingga semua umatNya tersesat. Bahkan mereka pun
menuduh kitab Injil telah dipalsukan. Berarti mereka mengatakan bahwa misi
Allah dalam Yesus telah digagalkan Paulus.
Nah, jika demikian,
untuk apa Yesus melakukan berbagai mujizat yang amat hebat kuasanya jika
ternyata dikalahkan dengan mudah oleh seorang Paulus?
Sebodoh itukah para tokoh Kristen?
Tuduhan itu
pun meremehkan Rasul Petrus, Yohanes, dan para rasul lainnya yang dianggap
sedemikian bodoh sehingga semuanya bisa disesatkan oleh Paulus.
Lebih aneh
lagi, Paulus pun rela mati demi kebohongannya. Mustahil ada pembohong yang rela
mati demi kebohongannya.
Jadi jelaslah
bahwa tuduhan dan cerita itu hanyalah karangan tanpa dasar sama sekali.
Kesalahan fatal
mereka
Saya menyebut kesalahan
fatal karena mereka yang menolak keTuhanan Yesus adalah karena mereka tidak mampu
membedakan Yesus sebagai manusia dan Yesus sebagai Allah.
Mereka
membandingkan kemanusiaan Yesus dengan pribadi Allah. Yesus lapar, tapi Allah
tidak mungkin lapar, Yesus mati, tapi Allah tidak mungkin mati, dan seterusnya.
Lalu menyimpulkan dengan dangkal, berarti Yesus bukan Allah.
Seharusnya
mereka membandingkan keAllahan dan keTuhanan Yesus dengan pribadi Tuhan Allah.
Ilustrasi
raja yang menyamar
Adalah seorang
raja menyamar menjadi penduduk di suatu desa. Lama kelamaan, dengan melihat
sikap hidup dan wibawanya, sebagian penduduk meyakini dia itu raja.
Namun sebagian
lagi menolak pendapat itu. Mereka membandingkan keadaan orang itu dengan
keadaan seorang raja di istana.
Mereka
mengatakan, “Bukankah raja berada di istana, tapi dia tinggal di rumah
sederhana? Bukankah raja berpakaian mewah, tapi dia berpakaian biasa? Bukankah
raja selalu dijaga pengawal, tapi dia sendirian? Pastilah dia bukan raja karena
penampilannya berbeda dengan raja sebenarnya.”
Ya sudah tentu kesimpulan itu keliru karena saat itu raja sedang menyamar sehingga
penampilannya pasti berbeda.
Demikian juga
kekeliruan mereka yang menolak Yesus sebagai Allah karena mereka hanya melihat
dari segi penampilanNya ketika sedang menjadi manusia di bumi
Yesus
adalah Allah yang menjadi manusia
Yesus adalah
Allah yang menjadi manusia. “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu
bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” (Yohanes 1:1) dan
“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah
melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak
Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” (Yohanes 1:14)
Karena Yesus
adalah Allah yang menjadi manusia, maka sebagai manusia, Dia juga memiliki
keterbatasan seperti umumnya manusia. Jadi Yesus lahir dan mati, makan, minum,
istirahat dan tidur. Dia bisa sedih dan marah dan lainnya. Itulah sisi kemanusiaan
Yesus yang harus dipahami.
Tuhan
Allah bangsa Israel
Oleh karena
itu, jika ingin membandingkan Yesus dengan Tuhan Allah, haruslah mengacu pada
Tuhan Allah yang disembah bangsa Israel. Bangsa Israel menyembah Allah Abraham
Ishak dan Yakub.
Lagi Ia
berfirman: "Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah
Yakub." Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.(Keluaran
3:6)
nah, itulah TUHAN
Allah bangsa Israel yang disebut YHWH, Elohim dan Adonay seperti tertulis dalam
kitab Perjanjian Lama. Kita akan membahas itu dalam kajian berikutnya.
Semua kita mengimani bahwa Yesus adalah Tuhan Allah, tapi
keimanan itu harus didasarkan pada Firman Tuhan, bukan hanya pada perasaan kita
saja. Sebab “iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus”
(Roma 10:17). Karena itu kita jangan berhenti membaca Alkitab setiap hari. Karena
itulah dasar pengetahuan kita. Dan biarkan Roh Kudus yang ada pada kita yang
akan mengajar kita lewat apa yang sudah kita baca sebelumnya. Kiranya artikel
ini bermanfaat bagi semua. Terima kasih. God Bless.
No comments:
Post a Comment