Breaking

Monday, September 3, 2018

Menjawab pertanyaan tentang Keimanan kepada Yesus Kristus


Keimanan Kristen

Sering kali bahkan bukan sebuah fenomena mengherankan lagi bahwa keimanan Kristen di pertanyakan bahkan tidak jarang terlalu gampang mereka meremehkan Tuhan kita. Tapi itu tidak pernah membuat kita marah atau balik menyerang karena itulah kelebihan pengajaran iman kita yaitu Kasih. Keimanan umat Kristen yang dianggap paling kontroversial bagi orang non Kristen adalah mempercayai Yesus sebagai Tuhan Allah, Yang Maha Kuasa, Sang Pencipta alam semesta, Penguasa langit dan bumi beserta segala isinya. Umat Kristen bahkan menyembah Yesus sebagai Tuhan Allah.
Mereka terheran-heran atas keimanan itu. “Walaupun Yesus itu seorang nabi utusan Allah, bukankah Yesus adalah manusia biasa seperti kita dengan segala keterbatasanNya. Mengapa umat Kristen mengimani Yesus sebagai Tuhan Allah? Apa dasar keimanan umat Kristen itu?”

Tuhan kok bisa mati?

Menurut keyakinan umum, Tuhan Allah itu bersifat transenden, Maha Kuasa, Maha Besar, bertahta di Sorga, hidup kekal, tanpa awal dan akhir, tidak dilahirkan dan tidak bisa mati, tidak terkalahkan, dan sama sekali tidak bersifat seperti manusia.
Padahal dalam Kitab Suci umat Kristen tertulis Yesus lapar, haus, tertidur, sedih, marah, takut, kesakitan, lelah, bahkan mati. Sama seperti yang dialami manusia biasa.

Jika Yesus itu Allah Yang Maha Kuasa, mengapa Dia merasakan semua itu? Bahkan Yesus pun mati. Bukankah Tuhan Allah tidak bisa mati? Berarti sifat transenden Allah sama sekali tidak terdapat dalam diri Yesus. Karena itu tidak mungkin Yesus adalah Tuhan Allah. Itu pendapat mereka yang belum memahami keTuhanan Yesus.

Paulus dituduh memutar-balikkan ajaran Injil

Maka mereka kemudian menuduh Rasul Pauluslah yang mengubah-ubah ajaran Yesus. Sehingga karena demikian kuatnya pengaruh ajaran Paulus, maka dalam sidang Gereja Awal, para tokoh Kristen sepakat mengangkat Yesus sebagai Tuhan Allah. Itulah karangan hasil imajinasi mereka yang menolak keTuhanan Yesus.
Tentu saja tuduhan dan karangan itu amat tidak masuk akal. Sebab umat Kristen pasti mengetahui bahwa tidak mungkin manusia bisa mengangkat manusia lain menjadi Tuhan Allah.


Menganggap Allah tidak berkuasa
      
Jika tuduhan itu benar, betapa hebatnya Rasul Paulus. Hanya dalam beberapa tahun saja, dia mampu mengalahkan kuasa Allah, merusak ajaran Yesus dan menyesatkan umat Kristen di seluruh dunia.
Bukankah itu berarti Yesus adalah pecundang? Atau mereka mengatakan bahwa misi Yesus, yang mereka sebut Utusan Allah, telah gagal total? Mengapa? Karena setelah mengajarkan ajaranNya yang luar biasa, dengan mudah ajaran Yesus diputar-balikkan oleh Paulus sehingga semua umatNya tersesat. Bahkan mereka pun menuduh kitab Injil telah dipalsukan. Berarti mereka mengatakan bahwa misi Allah dalam Yesus telah digagalkan Paulus.

Nah, jika demikian, untuk apa Yesus melakukan berbagai mujizat yang amat hebat kuasanya jika ternyata dikalahkan dengan mudah oleh seorang Paulus?
Sebodoh itukah para tokoh Kristen?
     
Tuduhan itu pun meremehkan Rasul Petrus, Yohanes, dan para rasul lainnya yang dianggap sedemikian bodoh sehingga semuanya bisa disesatkan oleh Paulus.
Lebih aneh lagi, Paulus pun rela mati demi kebohongannya. Mustahil ada pembohong yang rela mati demi kebohongannya.
Jadi jelaslah bahwa tuduhan dan cerita itu hanyalah karangan tanpa dasar sama sekali.

Kesalahan fatal mereka

Saya menyebut kesalahan fatal karena mereka yang menolak keTuhanan Yesus adalah karena mereka tidak mampu membedakan Yesus sebagai manusia dan Yesus sebagai Allah.
Mereka membandingkan kemanusiaan Yesus dengan pribadi Allah. Yesus lapar, tapi Allah tidak mungkin lapar, Yesus mati, tapi Allah tidak mungkin mati, dan seterusnya. Lalu menyimpulkan dengan dangkal, berarti Yesus bukan Allah.
Seharusnya mereka membandingkan keAllahan dan keTuhanan Yesus dengan pribadi Tuhan Allah.

Ilustrasi raja yang menyamar

Adalah seorang raja menyamar menjadi penduduk di suatu desa. Lama kelamaan, dengan melihat sikap hidup dan wibawanya, sebagian penduduk meyakini dia itu raja.
Namun sebagian lagi menolak pendapat itu. Mereka membandingkan keadaan orang itu dengan keadaan seorang raja di istana.
Mereka mengatakan, “Bukankah raja berada di istana, tapi dia tinggal di rumah sederhana? Bukankah raja berpakaian mewah, tapi dia berpakaian biasa? Bukankah raja selalu dijaga pengawal, tapi dia sendirian? Pastilah dia bukan raja karena penampilannya berbeda dengan raja sebenarnya.” 

Ya sudah tentu kesimpulan itu keliru karena saat itu raja sedang menyamar sehingga penampilannya pasti berbeda.
Demikian juga kekeliruan mereka yang menolak Yesus sebagai Allah karena mereka hanya melihat dari segi penampilanNya ketika sedang menjadi manusia di bumi

Yesus adalah Allah yang menjadi manusia

Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” (Yohanes 1:1) dan 


“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” (Yohanes 1:14)

Karena Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, maka sebagai manusia, Dia juga memiliki keterbatasan seperti umumnya manusia. Jadi Yesus lahir dan mati, makan, minum, istirahat dan tidur. Dia bisa sedih dan marah dan lainnya. Itulah sisi kemanusiaan Yesus yang harus dipahami.

Tuhan Allah bangsa Israel

Oleh karena itu, jika ingin membandingkan Yesus dengan Tuhan Allah, haruslah mengacu pada Tuhan Allah yang disembah bangsa Israel. Bangsa Israel menyembah Allah Abraham Ishak dan Yakub.
  

Lagi Ia berfirman: "Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.(Keluaran 3:6)
nah, itulah TUHAN Allah bangsa Israel yang disebut YHWH, Elohim dan Adonay seperti tertulis dalam kitab Perjanjian Lama. Kita akan membahas itu dalam kajian berikutnya.

Semua kita mengimani bahwa Yesus adalah Tuhan Allah, tapi keimanan itu harus didasarkan pada Firman Tuhan, bukan hanya pada perasaan kita saja. Sebab “iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (Roma 10:17). Karena itu kita jangan berhenti membaca Alkitab setiap hari. Karena itulah dasar pengetahuan kita. Dan biarkan Roh Kudus yang ada pada kita yang akan mengajar kita lewat apa yang sudah kita baca sebelumnya. Kiranya artikel ini bermanfaat bagi semua. Terima kasih. God Bless.

No comments:

Post a Comment