Alkitab adalah Kitab Suci Kristen yang
percaya kepada Tuhan Yesus. Tanpa Alkitab, bagaimana seseorang dapat mengenal
TUhan? Alkitab adalah dasar kita untuk mengenal Tuhan. Melalui Alkitab jugalah
kita mengenal pekerjaan-pekerjaan Tuhan dari awal dunia di ciptakan sampai pada
kesudahannya. Jadi tidak ada alasan percaya kepada orang yang selalu berbicara
Tuhan tapi tidak atau malas membaca Alkitab. Atau tidak pernah merasa ada yang
kurang jika dalam sehari dia tidak membaca surat dari kekasih kita semua yaitu
Tuhan Yesus.
Sekarang mari kita bahas, alasan mengapa
kita harus memprecayai Alkitab sebagai Kitab Suci? Berikut 10 alasan mengapa
kita harus percaya Alkitab:
1. Kejujurannya
Alkitab sungguh jujur. Ketika manusia
menulis biografi tentang pahlawan-pahlawannya, seringkali ia akan menghilangkan
atau memperlembut kesalahan-kesalahan mereka; tetapi Alkitab memperlihatkan
kualitas ilahinya dengan menyatakan manusia sebagaimana adanya. Bahkan
orang-orang yang terbaik dalam Alkitab sekalipun digambarkan lengkap dengan
segala kesalahan mereka.
Kita diberitahu dengan jelas tentang
pemberontakan Adam, kemabukan Nuh, perselingkuhan Daud, kesesatan Salomo,
ngambeknya Yunus, penyangkalan Petrus akan tuannya, perselisihan Paulus dan
Barnabas, ketidakpercayaan para murid akan kebangkitan Yesus Kristus, dan juga
dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan gereja-gereja mula-mula. Alkitab ditulis oleh
orang-orang Yahudi, tetapi dengan jujur membeberkan kesalahan-kesalahan
orang-orang Yahudi: ketegaran dan ketidakpercayaan mereka yang menyebabkan
mereka berkelana di padang gurun selama 40 tahun, kejatuhan mereka ke dalam
penyembahan berhala pada masa hakim-hakim, pemberontakan yang menyebabkan
mereka terbuang dari tanah perjanjian dan tersebar ke seluruh penjuru bumi
selama dua milenium. Sungguh, kejujuran Alkitab membuktikan bahwa Ia adalah
Firman Allah yang hidup.
Alkitab memperlihatkan bahwa sifat
alamiah manusia cenderung memusuhi Allah. Alkitab memprediksikan masa depan
yang penuh dengan masalah. Alkitab mengajarkan bahwa jalan ke Surga sempit dan
jalan ke Neraka lebar. Jelaslah, Alkitab ini tidak ditulis untuk mereka yang
hanya menginginkan jawaban sederhana, instan, ringan atau berita yang hanya
akan menyenangkan telinga saja.
2. Ketahanannya
Ketika negara Israel modern muncul
kembali setelah ribuan tahun tercerai-berai dan menghilang dari peta dunia,
seorang gembala Beduin menemukan satu dari harta karun arkeologis yang paling
penting di zaman ini. Dalam sebuah gua di tepi Barat Daya Laut Mati, di dalam
sebuah buli-buli yang pecah ditemukan dokumen-dokumen yang telah disembunyikan
selama dua ribu tahun. Temuan-temuan tambahan menghasilkan salinan-salinan
naskah yang umurnya seribu tahun lebih tua dari salinan-salinan tertua yang
diketemukan sebelumnya. Satu dari yang paling penting adalah salinan kitab
Yesaya. Isinya ternyata sama dengan kitab Yesaya yang ada di Alkitab kita.
Gulungan-gulungan naskah Laut Mati itu muncul dari debu bagaikan jabatan tangan
yang bersifat simbolik untuk mengucapkan selamat datang kepada bangsa Israel
yang baru kembali ke tanah airnya. Gulungan-gulungan itu menyingkirkan pendapat
dari sebagian orang yang mengatakan bahwa Alkitab yang asli sudah hilang
ditelan waktu dan sudah rusak.
Penulis sekaligus Filsuf asal Prancis
yang sangat terkenal bernama Voltaire, seorang skeptis, yang sering mengekspresikan
kebenciannya terhadap Alkitab dan kekristenan di dalam tulisannya. Kebenciannya
terhadap firman Allah sangat membara karena firman Allah mengatakan bahwa pada
suatu hari ia akan berdiri di depan Takhta Putih yang besar itu untuk dihakimi
oleh Allah yang mahakuasa.
Dengan penuh kebencian, Voltaire menulis suatu
ramalan tentang masa depan Alkitab dari perpustakaannya di Paris lebih dari dua
abad yang lalu: “Dalam waktu seratus tahun Alkitab lenyap dari bumi Eropa.”
Akan tetapi, yang terjadi malah kebalikan dari ramalan Voltaire: The British
and Foreign Bible Society membeli perpustakaannya, di mana ia menuliskan
prediksinya yang keliru itu, dan tidak lama kemudian lantai sampai
langit-langit perpustakaannya dipenuhi dengan ribuan Alkitab (David John
Donnan, Treasury of the Christian World, New York: Harper Brothers, 1953).
3. Pernyataannya mengenai dirinya sendiri
Apa yang dikatakan Alkitab tentang
dirinya sendiri adalah hal yang penting untuk diketahui. Jika para penulis
Alkitab sendiri tidak pernah mengklaim bahwa mereka berbicara bagi Allah,
tentunya kita berbuat lancang jika kita membuat klaim itu bagi mereka. Mungkin
kita juga akan menghadapi persoalan lain. Kita mungkin akan menghadapi sejumlah
misteri yang tidak terpecahkan, yang terkandung di dalam tulisan yang bersifat
historis dan etis. Dan kita tidak akan mempunyai sebuah buku yang telah
mengilhami munculnya sinagoga dan gereja yang tidak terhitung jumlahnya di
seluruh dunia.
2 Petrus 1:16-21 Sebuah kitab yang tidak mengklaim bahwa
ia berbicara atas nama Allah tentunya tidak akan menjadi fondasi bagi iman
ratusan juta orang Yahudi dan Kristen. Namun, dengan didukung
oleh bukti dan argumentasi yang cukup, para penulis Alkitab telah mengklaim
bahwa mereka diilhami oleh Allah. Berhubung jutaan orang telah mempertaruhkan
kehidupan mereka saat ini dan saat kekekalan pada isi Alkitab itu, jika Alkitab
bukanlah buku yang baik, maka para penulisnya berbohong secara konsisten
tentang sumber informasi mereka.
4. Mukjijatnya
Peristiwa keluarnya Israel dari Mesir
memberikan dasar historis untuk mempercayai bahwa Allah telah menyatakan
Diri-Nya sendiri kepada Israel. Seandainya Laut Merah tidak terbelah
sebagaimana yang diceritakan Musa, Perjanjian Lama kehilangan otoritasnya untuk
berbicara atas nama Allah. Demikian pula Perjanjian Baru juga bergantung pada
mukjizat. Seandainya Yesus secara jasmani tidak bangkit dari kematian, maka
iman Kristen didirikan di atas kebohongan, kata Paulus (1 Kor. 15:14-17). Untuk
memperlihatkan kredibilitasnya, Perjanjian Baru menyebutkan saksi-saksinya, dan
ini dilakukannya di dalam kerangka-waktu yang memungkinkan klaim-klaim itu
diuji kebenarannya. (1 Kor. 15:1-8).
Banyak dari para saksi itu akhirnya mati
sebagai martir, bukan untuk membela keyakinan moral atau anggapan-anggapan
mereka, tetapi untuk klaim mereka bahwa Yesus telah bangkit dari kematian.
Memang mati sebagai martir bukan hal aneh, namun tetaplah penting untuk
menyadari apa yang menyebabkan mereka rela kehilangan nyawanya. Banyak orang
rela mati untuk sesuatu yang mereka percaya sebagai kebenaran. Dan tidak ada
yang rela mati untuk sesuatu yang mereka tahu sebagai kebohongan.
5. Kesatuannya atau Keutuhannya
Empat puluh pengarang yang berbeda
menulis 66 kitab dalam Alkitab selama lebih dari 1.600 tahun. Empat ratus tahun
yang hening memisahkan 39 kitab Perjanjian Lama dari 27 kitab Perjanjian Baru.
Namun demikian, dari Kejadian sampai Wahyu, semua kitab menceritakan satu
cerita yang utuh.
Bersama-sama mereka memberikan jawaban yang konsisten
terhadap pertanyaan-pertanyaan terpenting yang dapat kita tanyakan:
- Dari mana kita berasal?
- Mengapa kita ada di sini?
- Ke mana kita akan menghabiskan masa kekekalan?
- Bagaimana kita dapat mengatasi rasa takut?
- Bagaimana kita dapat berhasil?
- Bagaimana kita bisa bangkit dari keadaan kita yang buruk dan tetap berpengharapan? Bagaimana kita dapat berdamai dengan Pencipta kita?
Jawaban-jawaban Alkitab yang konsisten terhadap pertanyaan-pertanyaan ini
memperlihatkan bahwa Alkitab bukanlah kumpulan buku yang berbeda, melainkan
satu buku.
6. Keakuratannya dari segi SEJARAH DAN
GEOGRAFI
Selama berabad-abad banyak orang
meragukan keakuratan Alkitab dari segi sejarah dan geografi. Namun para
arkeolog modern berulang-ulang telah menggali dan menemukan bukti mengenai
orang-orang, tempat-tempat, dan kebudayaan-kebudayaan yang digambarkan dalam
Alkitab. Dari waktu ke waktu, kebenaran Alkitab telah dibuktikan sebagai
catatan yang lebih dapat diandalkan daripada spekulasi para ahli. Turis masa
kini yang mengunjungi musium dan tempat-tempat yang dilukiskan di Alkitab mau
tak mau sangat terkesan dengan latarbelakang geografis dan historis dari teks
Alkitab yang ternyata riil.
7. Rekomendasi dari Tuhan YESUS
Banyak orang telah mengatakan hal yang
baik mengenai Alkitab, tetapi tidak ada yang memberi rekomendasi sekuat yang
diberikan Yesus dari Nazaret. Ia merekomendasikan Alkitab bukan hanya dengan
ucapan-Nya tetapi juga dengan kehidupan-Nya. Pada saat-saat pencobaan-Nya,
pengajaran di hadapan orang banyak, dan melalui penderitaan-Nya, Yesus dengan
jelas memperlihatkan bahwa Ia mempercayai Kitab Suci Perjanjian Lama lebih dari
sekadar tradisi nasional (Matius 4:1-11; 5:17-19; Lukas 24:44).
Yesus percaya bahwa Alkitab adalah buku
tentang Diri-Nya sendiri. Kepada orang-orang senegara dengan-Nya Ia berkata,
“Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehnya kamu
mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi
kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh
hidup itu” (Yohanes 5:39-40).
8. Keakuratan Nubuatannya atau Ramalannya
Dari zaman Musa, Alkitab telah
meramalkan peristiwa-peristiwa yang tak seorang pun ingin mempercayainya.
Sebelum Israel masuk ke Tanah Perjanjian, Musa meramalkan bahwa Israel akan
tidak setia, bahwa Israel akan kehilangan tanah yang Allah berikan kepadanya,
dan bahwa Israel akan tercerai-berai ke seluruh dunia, dikumpulkan kembali, dan
kemudian dibangun kembali (Ula 28-31; Yehezkiel 36:24). Orang Yahudi masih ada
hari ini sebagai suatu bangsa modern, dengan memiliki negara mereka sendiri,
yaitu Israel membuktikan Alkitab benar. Penggenapan dari nubuatan ini adalah
salah satu bukti terbesar dari keakuratan Alkitab dan kesetiaan Allah..
Pusat dari ramalan atau Perjanjian Lama
adalah janji tentang Mesias yang akan menyelamatkan umat Allah dari dosa-dosa
mereka dan pada akhirnya membawa penghakiman dan kedamaian bagi seluruh dunia,
juga terbukti.
Yehezkiel 26:4, 5, 12 Demikian pula, ketika Alkitab
menubuatkan mengenai kejatuhan Tirus, dalam kitab Yehezkiel mengatakan bahwa
batu, kayu, dan tanahnya akan dibuang ”ke dalam air”.
Nubuat ini digenapi pada tahun 332 SM ketika Aleksander Agung memerintahkan
pasukannya agar menggunakan puing-puing dari kota di daratan utama yang sudah
ditaklukkan untuk membangun jalan penghubung ke bagian Tirus yang ada di pulau,
yang kemudian kota Tirus ditaklukkan juga.
Nubuatan Alkitab yang juga dicatat dalam
Daniel 8:5-8, 21, 22 dan 11:3, 4 memberikan banyak perincian yang mengesankan
tentang ”raja Yunani” yang luar biasa hebat. Penguasa ini akan tersingkir pada
puncak kekuasaannya, lalu kerajaannya dibagi menjadi empat, tetapi bukan di
antara keturunannya. Lebih dari 200 tahun setelah nubuat ini dicatat, ternyata
Aleksander Agung-lah yang menjadi raja itu. Menurut sejarah sekuler, ia
tersingkir karena mati muda dan akhirnya imperiumnya dibagi-bagi di antara
empat jenderalnya—bukan keturunannya.
Baru-baru ini, Arkeologi telah menemukan
bukti keberadaan hampir semua raja-raja Israel, termasuk Daud dan Salomo,
istana Salomo dan kandang-kandang kudanya di Megiddo, mengenai istana gading
Ahab dan Izebel di Samaria, bait-bait Israel, tembok-tembok yang dibangun oleh
Nehemia, dan seribu hal lainnya. Di antara kasus-kasus yang terbaru adalah
penemuan Gat, kota asal Goliat, dan Shaaraim, sebuah kota di lembah Elah,
tempat Daud bertempur melawan Goliat. Tempat-tempat ini disinggung dalam 1
Samuel 17:19, 52. Aren Maeir, pemimpin penggalian di Tel Tzafit (Gat),
mengatakan bahwa nama-nama Filistin telah ditemukan yang mirip dengan nama
“Goliat” dan bahwa mereka menemukan bukti Gat adalah kota besar pada zaman itu
(“Archaeologists Uncover Goliath’s Hometown,” Arutz Sheva, 13 Juli 2010).
Shaaraim memiliki arti “dua gerbang” dan gerbang yang kedua dari benteng kuno
ini telah ditemukan baru-baru ini (“Digging Through the Bible,” Arutz Sheva, 20
Juli 2009).
9. Keberlangsungannya
Kitab-kitab Musa ditulis 500 tahun
sebelum kitab-kitab Hindu yang paling awal. Musa menulis kitab Kejadian 2.000
tahun sebelum Muhammad menulis Quran. Selama masa yang panjang itu, tak ada
buku yang dicintai atau dibenci seperti Alkitab. Tak ada buku yang secara
konsisten telah dibeli, dipelajari, dan dikutip seperti Alkitab. Sementara
jutaan judul-judul lain muncul dan tenggelam, Alkitab tetap merupakan buku yang
menjadi ukuran bagi buku-buku lain. Sekalipun sering diabaikan oleh orang yang
merasa tak nyaman dengan ajaran-ajarannya, Alkitab tetap merupakan buku utama
dari peradaban Barat.
Guru besar Yale University, William Lyns
Phelps, mengatakan, “Peradaban kita didirikan di atas fondasi Alkitab. Sebagian
besar gagasan kita, kearifan kita, falsafah kita, sastra kita, seni kita, hukum
kita berasal dari Alkitab dari pada berasal dari panduan buku-buku lain.” Ahli
falsafah besar asal Inggris, John locke, yang tulisan politiknya memberi saham
besar kepada demokrasi Amerika, pernah berkata, “Alkitab merupakan salah satu
berkat paling besar yang Tuhan karuniakan kepada manusia.” (William J. Federer,
America`s God and Country: Encyclopedia for Quatations)
10. Kuasanya untuk mengubah Manusia
Orang yang tidak percaya sering menunjuk
kepada mereka yang mengatakan bahwa mereka percaya Alkitab, tetapi hidupnya
tidak berubah. Tetapi sejarah juga ditandai oleh mereka yang kehidupannya
menjadi lebih baik oleh karena buku ini. Sepuluh Perintah Allah telah menjadi
sumber pengarahan moral bagi banyak orang yang tak terhitung jumlahnya.
Mazmur-mazmur Daud telah memberikan kekuatan pada waktu kesulitan dan kehilangan.
Khotbah Yesus di Bukit telah menjadi obat bagi jutaan orang untuk mengatasi
kesombongan dan sikap legalisme. Prinsip-prinsip Alkitab telah menginspirasi
secara positif semua bidang kehidupan manusia.
Uraian Paulus mengenai Kasih di 1
Korintus 13 telah banyak melunakkan hati yang sedang marah. Perubahan hidup
dari orang-orang seperti Rasul Paulus, Agustinus, Martin Luther, John Newton,
Leo Tolstoy, dan C.S. Lewis menunjukkan perubahan yang dapat dilakukan Alkitab.
Bahkan satu bangsa atau suku seperti Celtic di Irlandia, Viking yang liar di
Norwegia, atau Indian Auka di Equador telah diubah oleh Firman Allah dan
kehidupan serta karya Yesus Kristus yang tak terbandingkan.
Benarlah apa yang dikatakan Ronald
Reagen, Presiden AS ke-40, bahwa “Di dalam Alkitab terdapat semua jawaban untuk
masalah yang pernah diketahui oleh manusia. Saya berharap bangsa Amerika akan
membaca dan mempelajari Alkitab. Keyakinan kokoh saya ialah bahwa nilai abadi
yang disajikan dalam halaman-halaman Alkiab mempunyai makna yang besar bagi
masing-masing kita. Alkitab bisa menyentuh hati kita, memerintahkan pikiran
kita, dan menyegarkan jiwa kita (Sumber: The Encyclopedia of Religius
Quotations).
Masih banyak orang yang tidak percaya Alkitab, jadi anda tidak sendirian jika Anda masih
meragukan Alkitab. Alkitab, sama seperti dunia di sekitar kita, memang
mengandung unsur-unsur misteri. Namun demikian, jika Alkitab benar-benar
seperti yang dikatakannya, Anda tidak perlu memilah-milah sendiri bukti-bukti
yang ada. Yesus justru menjanjikan pertolongan ilahi bagi mereka yang ingin
mengenal kebenaran tentang diri-Nya dan ajaran-Nya. Sebagai tokoh utama dalam
Alkitab, Yesus berkata, “Barangsiapa mau melakukan kehendak Allah, ia akan tahu
entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku
sendiri” (Yohanes 7:17).
Satu kunci penting untuk mengerti
Alkitab adalah bahwa Alkitab tidak pernah bermaksud untuk menarik kita kepada
dirinya sendiri. Setiap prinsip di dalam Alkitab memperlihatkan kebutuhan kita
akan pengampunan yang disediakan Kristus bagi kita. Alkitab memperlihatkan
mengapa kita perlu membiarkan Roh Kudus hidup melalui kita. Untuk hubungan yang
seperti inilah yang Alkitab ajarkan dan kehendaki kepada kita. Karena tanpa Roh
Kudus tidak aka nada pengenalan akan TUhan. Dan jika tidak mengenal Tuhan,
bagaimana kita dapat beriman dan berpengharapan kepada Tuhan. Terlebih menjalani
hidup dalam damai sejahteraNya Tuhan.
Nah demikianlah artikel mengenai alasan dan jawaban mengenai mengapa harus
mempercayai Alkitab. Semoga bermanfaat dan menjadi berkat bagi semua. Jangan
pernah lupa bahagia bersama keluarga saudara-saudara. Terima kasih. Tuhan Yesus
memberkati.
No comments:
Post a Comment