Perlu kita sadari, bahwa kita tidak lebih pintar dari si
Iblis. Karena kita sama-sama tau dari mana si iblis itu berasal. Tapi kita
dapat sekali untuk mengalahkannya lewat Roh yang ada didalam kita. Karena itu,
jangan pernah acuhkan Roh Kudus yang ada di dalam kita dalam hal sekecil
apapun. Jangan pernah andalkan pikiran kita karena pikiran kita sangatlah
terbatas.
Sekarang mari kita bahas pertanyaan-pertanyaan pintar
dari orang-orang yang belum bertobat. Dan sebenarnya mereka di pakai oleh si
iblis untuk menangkap kita lewat jebakan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Tidak masalah apa yang Anda percayai selama Anda
tulus, berniat baik dan tidak menyakiti orang.
Jawab: Orang dapat melakukan sesuatu dengan niat baik
tanpa menyadari bahwa ia sedang melakukan kekeliruan. Percaya dengan tulus pada
sesuatu yang tidak bisa dibuktikan bukanlah tindakan yang bijak dalam bidang
kehidupan mana pun, apalagi untuk hal yang berakibat abadi.
Misalnya kita bisa bertanya, “Apa yang Anda maksud dengan
niat baik? Apakah niat baik menjamin hasil akhirnya pasti baik? Bagaimana Anda
menjelaskan apa yang Anda maksud dengan tidak menyakiti seseorang? Bagaimana
Anda tahu bahwa kepercayaan Anda tidak akan menyakiti orang lain?” Yang sangat penting bukanlah niat baik dan
ketulusan kita, melainkan apa yang kita percayai. Niat baik dan ketulusan tidak
menjamin kebenaran.
Para teroris yang menghancurkan gedung WTC, dan
meledakkan gedung-gedung yang lain memiliki niat yang sangat baik, menurut
mereka. Namum niat mereka salah. Jadi, karena apa yang kita percayai itu sangat
penting maka kita harus menentukan mana yang benar dan mana yang salah.
2. Apa yang istimewa dengan kepercayaan Kristen? Saya
pikir, semua agama pada dasarnya mengajarkan hal yang sama.
Jawab: Kita balik bertanya kepada mereka, apakah sama
jika ajaran satu dengan yang lainnya berbeda. Kristen mengajarkan bahwa
keselamatan diperoleh hanya dengan bertobat dan percaya (beriman) kepada Yesus
Kristus. Islam mengajarkan bahwa keselamatan diperoleh dengan percaya kepada
Allah, Mohammad, amal dan perbuatan baik. Hindu percaya bahwa keselamatan
diperoleh dengan mengatasi karma dan inkarnasi melalui berbuat baik. Agama
Budha percaya bahwa keselamatan datang dari matinya keinginan melalui delapan
jalan mulia.
Alkitab mengajarkan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan yg
harus disembah, sedangkan Alquran mengutuk keras orang-orang yang menganggap
Isa Almasih sebagai Tuhan dan hanya menganggap Isa sebagai manusia utusan
Allah. Begitu juga ajaran agama dan kitab suci yang lain terhadap Yesus
Kristus.
Belum lagi perbedaan-perbedaan yang sangat jauh mengenai
etika moral. Agama Islam membolehkan suami beristri empat, sedangkan ajaran
Kristen menegaskan bahwa suami hanya boleh memiliki seorang istri. Dan masih
banyak lagi.
Prinsipnya, kita tidak bisa menganggap semua kepercayaan
sama-sama benar karena tiap-tiap kepercayaan akan menyalahkan pernyataan dalam
kepercayaan yang lain.
Memang benar dalam beberapa hal semua agama memiliki
kesamaan, tetapi juga dalam beberapa hal yang sangat penting, jelas berbeda dan
bertentangan satu dengan yang lain. Oleh sebab itu, kesamaan hanya mungkin
terjadi jika masing-masing mengubah isi kepercayaannya, dan hal itu hanya bisa
dilakukan oleh mereka yang tidak mengakui kebenaran absolut.
3. Bagaimana Anda bisa membuat pernyataan hanya ada satu
jalan menuju Allah? Tidakkah Anda bersikap anggkuh dan ekslusif?
Jawab: Pertama, Orang Kristen memang seharusnya tidak
bersikap angkuh karena kepercayaan yang dimilikinya. Kedua, Kita balik
bertanya, “Apa yang Anda maksudkan dengan sksklusif? Apakah kita harus terbuka
terhadap apa pun?” Menjadi eksklusif tidaklah selalu merupakan hal yang buruk.
Ketika kita menikah, bukankah kita membuat diri kita
menjadi eksklusif, dengan menolak memiliki hubungan intim dengan semua orang
lain yang berbeda jenis dengan kita? Bukankah itu adalah sesuatu yang baik
dilakukan dalam sebuah pernikahan?
Jadi, menjadi eksklusif bisa saja merupakan hal yang
sangat baik. Tergantung hal apa yang kita terima dan mengapa kita menerimanya,
kemudian hal pa yang kita tolak dan mengapa kita menolaknya.
Untuk menyingkirkan kepercayaan yang salah ini, kita bisa
bertanya demikian:
- “Tidak mungkinkah bagi seorang Kristen untuk mempercayai sesuatu yang sangat berbeda, namun tetap toleran dengan kepercayaan orang lain?”
- “Menurut Anda apakah Anda juga tidak toleran ketika menolak pandangan saya?”
- “Ketika kita mengetahui bahwa seseorang salah, dan memberitahukan apa kesalahannya, apakah itu berarti kita sedang bersikap menghakimi?”
4. Bagaimana dengan mereka yang tidak pernah mendengarkan
injil?
Jawab: Jarang sekali ada orang menanyakan pertanyaan ini
karena ingin mengetahui lebih lanjut tentang Injil. Biasanya pertanyan ini
diajukan hanya suatu pengalih dari kebenaran Injil. Kita bisa menanyakan,
“Sekarang setelah Anda mengetahui kebenaran, Apa yang akan Anda lakukan?
Untuk menjawab masalah ini, kita harus ingat bahwa Tuhan
tidak bertanggung jawab untuk memberikan pengetahuan yang lebih besar tentang
siapa diri-Nya ketika kita belum menanggapi pengetahuan yang telah kita miliki.
Roma 1 mengajar kita bahwa semua orang memiliki sejumlah pengetahuan akan Allah
(wahyu umum), meskipun itu bukan pengetahuan yang menyelamatkan.
Wahyu umum (Alam semesta/ciptaan) diberikan Tuhan untuk
menuntun seseorang kepada wahyu khusus – Alkitab. Melalui wahyu khusus, kita
akan mengetahui Injil, dan Injil tersebut akan menyelamatkan kita (Markus 1:15;
1 Korintus 15:2).
5. Tidak masalah Anda mempercayai apa pun selama Anda
tidak mencoba mengubah keyakinan orang lain mengikuti Anda.
Jawab: Pertama, kita perlu memeriksa pemikiran yang ada
di balik pertanyaan ini. Orang mungkin berpikir bahwa mencoba mengubah
pandangan atau keyakinan orang lain adalah cermin dari sikap angkuh dan
pandangan yang sempit. Kita harus menjelaskan kepada mereka mengenai apa yang
dimaksud dengan mengubah keyakinan.
Beberapa pertanyaan tambahan yang bisa
ditanyakan adalah:
- "Apakah menurut
Anda persuasi atau usaha meyakinkan seseorang untuk mengubah pikiran mereka
selalu salah?”
- “Bagaimana Anda
menentukan bahwa meyakinkan seseorang untuk memercayai sesuatu itu benar atau
salah?
- “Apakah Anda
berkeinginan mengubah pandangan saya mengikuti Anda jika Anda pikir saya ini
salah?”
Bukankah suatu kejahatan jika kita tahu seseorang sedang
dalam bahaya kesesatan tetapi kita sengaja membiarkannya?
Mengubah keyakinan orang tidaklah selalu buruk. Tindakan
tersebut bahkan dapat merupakan suatu perwujudan kasih (misalnya, alkohol, obat
terlarang, dan kebiasaan buruk lainnya).
6. Dapatkah Anda membuktikan kepada Saya bahwa Allah ada?
Jawab: Agar pemikiran mereka terlihat lebih jelas kita
dapat bertanya, “Apa yang Anda maksud dengan bukti?” Lalu kemudian kita dapat
bertanya, “Apa Anda Pada meminta saya untuk menunjukan alasan-alasan yang baik
untuk mempercayai keberadaan Allah?”
Ada tiga hal yang dapat membuktikan bahwa Tuhan itu ada:
1. Alam Semesta
membuktikan bahwa ada pencipta dibalik semua itu. Dunia ini bukan ada dengan
sendirinya melainkan dirancang dan diciptakan (Mazmur 19:2; Roma 1:19-20).
2. Hati nurani
manusia mengakui ada pribadi yang berkuasa di atas segalanya. Itu sebabnya,
kita menemukan ada banyak kepercayaan-kepercayaan bangsa primitive yang
menyembah sesuatu, entah itu Batu, Pohon atau Binatang.
3. Moralitas yang
ada pada manusia juga menceritakan kepada kita bahwa ada pribadi yang
menghendaki nilai-nilai kebenaran dilakukan. Naluri alami manusia menghendaki
hal-hal yang baik dan menolak hal-hal yang buruk.
7. Jika Allah itu berbelas kasih, bagaimana bisa ada
neraka?
Jawab: Kebenaran utama yang Kita ingin mereka pahami di
sini adalah: neraka ada karena Allah berbelas kasih. Untuk menolong orang
mengerti kebenaran ini, anda dapat bertanya:
- “Jika surga
adalah sebuah tempat di mana orang menyembah Allah, dan Anda tidak menikmati
melakukannya, Allah macam apakah yang akan memaksamu melakukan hal itu
selama-lamanya? Allah yang tidak punya belas kasih, bukan?”
- “Bukankah bisa
disebut neraka jika Allah memaksa seseorang untuk mengasihi dan menyembah Dia?”
- “Saya yakin
Anda akan sependapat bahwa Allah tidaklah berbelas kasih jika Dia memaksa semua
orang percaya kepada Kristus tanpa memperdulikan apakah mereka mau atau tidak.”
Satu analogi tentang pernikahan menunjukkan bahwa
seseorang tidak dapat memaksa orang lain untuk menikahinya apabila orang itu
tidak ingin membuat komitmen menikah. Ada juga beberapa alasan yang baik akan
keberadaan neraka.
Misalnya, tanyakan:
- “Bagaimana Anda
bisa percaya pada konsep keadilan jika tidak ada penghukuman atas perbuatan
yang salah?”
- “Apakah Anda percaya Hitler, Nero, semasa
hidupnya, sudah menerima semua hukuman atas segala kejahatannya? Jika belum,
bagaimana Hitler dan orang-orang seperti dia akan dihukum atas segala kejahatan
yang telah mereka lakukan jika tidak ada neraka di kehidupan mendatang?
8. Mengapa tidak lebih dari satu Allah?
Jawablah dengan menggunakan prinsip bumerang dan
bertanya: “Dalam hal apa anda pikir bahwa pribadi Allah yang mahakuasa dapat
memiliki keterbatasan?” dan “Apa yang bisa membatasi Allah yang mahakuasa?”
Jawaban untuk kedua pertanyaan tersebut, tentu saja adalah…… tidak ada sesuatu
pun!
Jika ada lebih dari satu Allah yang kekal dan tak
terbatas, tidakkah mereka harus berbeda satu sama lain? Tidak berbeda
sedikitpun (berlawanan dengan berbeda sedikit) adalah cara lain untuk
mengatakan tidak berbeda sama sekali.
Berbeda sedikit, berarti sesuatu harus memiliki kualitas
yang tidak dimiliki oleh yang lain. Yang satu adalah Tuhan, yang lain bukan.
Oleh karena itu, hanya ada satu Tuhan yang tak terbatas, tak berubah, dan kekal
selamanya, bukan dua atau lebih.
9. Bagaimana mungkin ada Allah yang berbelas kasih ketika
ada banyak kejahatan dan penderitaan di dunia?
Jawab: Untuk menjawabnya, kita harus mendefinisikan
kejahatan dan penderitaan dengan bertanya kepada mereka, “Apakah yang Anda
maksud dengan kejahatan? Mungkinkah mengetahui kejahatan tanpa mengetahui
standar kebaikan?”
Kebaikan itu ada karena Tuhan menciptakan manusia yang
berkehendak bebas, kejahatan muncul bersamaan sebagai akibat dari kehendak
bebas yang Tuhan berikan kepada manusia. Artinya, Jika Tuhan harus
menyingkirkan kejahatan di dunia, berati Tuhan harus menciptakan manusia yang
tidak memiliki kehendak bebas. Bukankah dengan menciptakan manusia yang
sepenuhnya dikontrol oleh Tuhan merupakan pemaksaan? Jadi, kejahatan ada karena
adanya kebaikan. Mana yang Anda pilih?
10. Bagaimana saya bisa memilih Kristus ketika leluhur
saya yang telah meninggal dunia terpisah dari-Nya dan bisa terpisah dari saya?
Jawab: Pertanyaan ini menggambarkan sebuah halangan yang
paling sulit bagi Kristus di dalam budaya yang mempraktikan pemujaan leluhur.
Konsekuensinya, sangat penting bagi kita untuk memberikan jawaban yang sudah
dipikirkan baik-baik atas pertanyaan ini. Berikut beberapa jawaban yang
disarankan.
Kita bisa menanyakan, “Apakah Anda yakin betul bahwa
leluhur Anda terpisah dari Kristus?” Kita mungkin berpikir bahwa kita tahu
kondisi rohani seseorang, tetapi kita hanya melihat luarnya saja, sementara
Allah melihat hati (1 Sam 16:7).
Penting bagi kita untuk bersikap peka, menyadari apa yang
seharusnya tidak kita katakan. Kita tidak seharusnya mengajukan pertanyaan
seperti ini, “Mengapa Anda membiarkan keputusan orang lain memengaruhi
kebahagian abadi Anda?”
Dalam budaya di mana ada penyembahan leluhur, pertanyaan
seperti itu tidak akan membantu karena keputusan biasanya bukan didasarkan pada
apa yang baik bagi seseorang secara pribadi melainkan bagaimana akibatnya pada
seluruh keluarga. Keputusan yang di ambil berdasarkan keinginan pribadi,
dipandang sangat egois dalam budaya Timur. Beberapa pertanyaan yang memasukkan
unsur kepedulian pada keluarga akan bermanfaat, misalnya:
- “Jika leluhur
Anda tahu apa yang sekarang ini anda ketahui tentang siapa Yesus, apa yang akan
dinasihatkan mereka kepada Anda?”
- “Tahukah Anda
bahwa Alkitab juga membicarakan mengenai masalah ini? Dalam Lukas 16, Yesus
menceritakan sebuah perumpamaan tentang seorang kaya memohon kepada seorang
pengemis bernama Lazarus, yang telah meninggal, untuk memperingatkan saudaranya
tentang neraka.
Ini mungkin memunculkan pertanyaan berikut, “Bagaimanakah
mungkin kita bahagia di surga, sementara orang yang kita cintai ada di neraka?”
Ada sebuah asumsi serius di sini bahwa kita lebih berbelas kasih ketimbang
Allah, padahal Tuhan memiliki belas kasih yang tidak terbatas.
Dan Allah
berbahagia di Surga, dan Dia tahu bahwa tidak semua orang akan ada di sana.
Selain itu, jika kita tidak berbahagia di surga karena kita tahu orang yang
kita cintai tidak ada di sana maka kita telah meletakkan kebahagiaan kita di
tangan orang tersebut. Ingatlah, jangan mengandalkan manusia dalam hal apapun
itu. Karena hanya akan menuai kekecewaan bagi kita. Lihat Tuhan dan terus
berpengharapan kepadanya.
Demikianlah artikel mengenai pertanyaan-pertanyaan pintar
dari orang-orang yang belum bertobat. Semoga dapat membantu dan bermanfaat bagi
semua. Terima kasih. God Bless..
No comments:
Post a Comment