Breaking

Monday, September 3, 2018

Rumah Ibadah bukan Tempat Sarang Penyamun


“Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dan berkata kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." (Matius 21:12-13)

Bait Allah adalah Rumah Doa
     
Pusat peribadatan bangsa Israel adalah Bait Allah yang terletak di Yerusalem. Seluruh kegiatan dan perayaan keagamaan diselenggarakan di tempat itu.
Bait Allah terbagi menjadi tiga bagian yaitu Ruang Maha Kudus, Ruang Kudus dan Pelataran atau Halaman. Ruang Maha Kudus dan Ruang Kudus dipisahkan oleh tirai yang amat berat dan besar.

Ruang Maha Kudus
     
Ruang Maha Kudus penuh kemuliaan Allah. Hanya Imam Besar yang boleh masuk ke dalamnya. Jika sembarang orang masuk, ia langsung mati. Bahkan Imam Besar pun, jika tidak kudus, masuk ke ruang itu akan mati. Ada mitos, sebelum memasuki ruangan itu, kaki Imam Besar diikat tali. Jika dia mati, jenazahnya ditarik keluar. Namun mitos ini masih dipertanyakan.
Ruangan itu hanya dimasuki Imam Besar setahun sekali pada saat Perayaan Hari Perdamaian atau Yom-kippur. (Ibrani 9:7a)

Benda yang terdapat dalam Ruang Maha Kudus
     
Benda yang ada dalam Ruang Maha Kudus adalah tabut perjanjian yang di atasnya terdapat dua kerub, dan yang didalamnya tersimpan buli-buli berisi manna, tongkat Harun dan dua loh batu bertuliskan Sepuluh Perintah Allah. (Ibrani 9:4-5a) Sedangkan mezbah pembakaran ukupan terletak di Ruang Kudus sebelum masuk ke Ruang Maha Kudus

Ruang Kudus
     
Di dalam Ruang Kudus terdapat Kaki Dian atau Kandil (Menorah) dan meja roti sajian (Ibrani 9:2) Yang diperbolehkan masuk ke Ruang Kudus hanyalah Imam Besar dan Imam. Jemaat dilarang masuk.

Pelataran atau Halaman
     
Pelataran atau halaman terletak di bagian luar. Di tempat ini terdapat Mezbah Korban Bakaran, dan Bejana atau Kolam Pembasuhan. (Keluaran 30:18-21) Hewan korban ditempatkan di pelataran/halaman.
Ketika Yesus masuk Bait Allah, Dia menjumpai orang-orang berjual beli hewan dan menukar uang di pelataran ini. Yesus amat marah sehingga mengusir para  penjual beli, membalikkan meja penukar uang dan bangku pedagang merpati.

Mengapa ada penjual hewan?
   Bangsa Israel mempersembahkan hewan sebagai bagian dari ibadah mereka. Hewan-hewan itu antara lain lembu, domba, kambing, burung tekukur dan burung merpati.
    Persoalan bagi jemaat, terutama yang tinggal jauh dari Yerusalem, adalah membawa hewan-hewan itu ke Bait Allah. Lagi pula jika hewan itu cacat, akan ditolak oleh para Imam. Jadi lebih praktis jika mereka membelinya dari para pedagang di situ.

Mengapa ada penukar mata uang?
   Dalam ibadah di Bait Allah juga ada persembahan uang. Namun uang yang dipersembahkan haruslah mata uang Israel, bukan mata uang asing. Tapi karena pada saat itu Israel dijajah bangsa Romawi, maka mata uang Romawi banyak beredar, demikian juga mata uang asing lainnya.
   Mengapa tidak boleh mempersembahkan mata uang asing? Karena mata uang asing saat itu memiliki gambar manusia atau dewa. Hal itu dipandang sebagai pelanggaran atas kekudusan Bait Allah.
   Dengan adanya para penukar mata uang itu, jemaat dipermudah mempersembahkan uang demi keperluan Bait Allah.

Mengapa Yesus marah?
    Jika para pedagang itu mempermudah jemaat melaksanakan ibadah, mengapa Yesus marah dan mengobrak-abrik para pedagang? Ada beberapa tafsiran mengenai hal itu

Pedagang memasang harga tinggi
   Sebagian orang menafsirkan Yesus marah karena para pedagang itu memeras jemaat dengan memasang harga tinggi. Mereka bekerjasama dengan pengurus Bait Allah menetapkan harga tinggi agar memperoleh keuntungan besar. Sehingga Bait Allah yang seharusnya menjadi rumah doa berubah menjadi lahan perdagangan karena ketamakan mereka.

Karena berdagang di dalam area Bait Allah
     Sebagian lagi menafsirkan Yesus marah karena para Imam mengijinkan pedagang berjualan di area pelataran Bait Allah, bukan di luar bait Allah. Pelataran Bait Allah yang seharusnya menjadi tempat sakral untuk jemaat beribadah, berubah menjadi kotor penuh hewan, meja penukar uang, dan manusia yang berjual-beli. Akibatnya tempat itu menjadi hingar bingar dan tidak sakral lagi. Tercemar dengan kotoran hewan. 

Rumah doa dijadikan sarang penyamun
   Persekongkolan Imam dan para pedagang demi meraup keuntungan besar telah merusak kekudusan Bait Allah. Imam bukan lagi memusatkan diri pada kesucian ibadah tapi justru pada kepentingan diri dengan melalaikan tugas suci mereka.
    Mereka tidak lagi menghormati Allah. Mereka telah menjadi manusia tamak dan hamba uang. (Lukas 16:14) Yesus menyebut mereka penyamun. Dan Bait Allah menjadi sarang penyamun

Pesan Yesus masih berlaku saat ini
    Peristiwa saat Yesus marah melihat perbuatan para pedagang dan Imam-imam terjadi sekitar 2000 tahun yang lalu. Tapi melihat situasi sekarang, hal yang sama pun dapat disaksikan saat ini.
    Sebagian para Imam atau hamba Tuhan yang seharusnya menjaga Rumah Tuhan sebagai rumah doa yang kudus, justru telah menjadikannya sebagai rumah penyamun. Mereka telah menjadi tamak dan hanya memikirkan kekayaan dan kesenangan dunia. Namun camkanlah, ada saatnya, jika mereka tidak mau bertobat, Tuhan akan mengobrak-abrik dan mengusir mereka dari Rumah Kudus Tuhan. (Matius 7:22-23)

Nah, sekarang mari kita selidiki perbuatan masing-masing, terutama yang menyebut diri sebagai hamba Tuhan, apakah sudah mencemarkan Rumah Tuhan atau tidak? Apakah ambil bagian dalam kejahatan para penyamun di Rumah Tuhan atau tidak? Apakah telah menjadi hamba uang atau tidak? Jika secara jujur mengakuinya, segeralah bertobat sebelum diusir dari hadapan Tuhan. Untuk apa kita kelihatan berhasil di dunia ini dengan pelayanan kita dan sepertinya kita penuh berkat. Tetapi ketika sudah waktu kita tiba, kita bukannya masuk Sorga tapi malah di neraka bersama orang yang sama sekali tidak mau mengenal Tuhan. Terima kasih.

No comments:

Post a Comment