Hubungan suami istri memanglah sebuah badan yang sakral
dan memiliki aturan yang berat jika di pikir-pikir. Namun menjadi suatu tempat
kebahagiaan sekaligus pabrik penempah karakter pribadi kita untuk menjadi lebih baik lagi. Kenapa?
Karena dalam rumah tanggalah kita dapat menjalani hidup dengan alur yang penuh
kasih dan cinta. Beda dengan perusahaan, dimana kita ,menuruti alurnya hanya
dengan morivasi upah dan takut akan pemecatan. Tidak pakai hati apalagi
kepuasan tersendiri ketika mematuhi alur peraturan perusahaan tersebut. Beda dengan
rumah tangga atau hubungan suami istri. Ada kepuasan tubuh, jiwa dan roh ketika
kita mengikutinya. Bahkan samapi pad tingkat kepuasan roh kita. Dimana memang
hubungan suami istri adalah dibangun oleh Tuhan sendiri. Karena itulah hubungan
itu sakral dan sampai pada kematian.
Jadi jika belum siap berkomitmen sampai pada kematian,
jangan menikah! Karena sama saja sepele dan tidak mau tau akan Tuhan. Pada
hakikatnya, Laki-laki dan perempuan dicipta Tuhan setara. Perempuan tidak lebih
rendah daripada laki-laki. Meskipun begitu, ada perbedaan fungsi dalam kerajaan
Allah. Seperti yang dikatakan oleh Paulus, “Laki-laki adalah kepala dari
perempuan” (1 Korintus 11:3).
Ini merupakan tentang fungsi, bukan tentang rasa penting.
Seorang isteri dibutuhkan oleh Allah untuk melakukan peran yang menghormati
kepemimpinan suaminya untuk mencapai maksud dan rencana Allah di dalam rumah
tangga. Menentang tugas ini berarti menentang Allah.
Bagaimana seorang istri bisa memenuhi rencana Allah?
Bagaimana seorang istri menjalankan perannya sebagai penolong bagi suaminya?
1. Bantulah Suami Anda
Hal pertama yang harus dilakukan oleh seorang isteri
kerajaan adalah membantu suaminya. Membantu suami berarti memaksimalkan
karunia-karunia, talenta-talenta, ketrampilan-ketrampilan, dan pelatihan yang
diberikan Tuhan untuk perbaikan keluarga di bawah kepemimpinan suami Anda dan
juga dalam kemitraan Anda dengannya.
Ketika Allah menciptakan Hawa, Dia membuat sebuah
pernyataan yang dalam, “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku
akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Kej. 2:8).
Perempuan itu bukanlah sekedar suatu tambahan saja; dia merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari rencana Allah.
Banyak perkawinan gagal adalah karena si isteri tidak
menolong suaminya, dia menggunakan pernikahan itu untuk menolong dirinya
sendiri. Bukannya menjadi mitra sang suami dan mendampinginya untuk
menolongnya. Dia bekerja melawan program yang ada. Dia tidak bekerjasama dengan
rencana Allah untuk keluarga itu. Kalau seorang isteri sudah kehilangan
pandangan akan kebenaran bahwa keinginan pertama Allah baginya dalam
hubungannya dengan suaminya adalah untuk menjadi penolongnya di rumah, maka
suatu suasana negatif tercipta di dalam rumah. Pertanyaannya, seperti apa
sebenarnya seorang penolong?
Kalau Allah mengharapkan seorang isteri untuk menolong
suaminya, asumsi yang terjadi adalah suami membutuhkan pertolongan. Kalau Anda
menemukan kesalahan suami Anda, anda harus menolongnya untuk menjadi lebih
baik, bukan membiarkannya atau mendukungnya dalam kesalahan. Kalau
kesalahan-kesalahan suami Anda kelihatan, itulah kesempatan-kesempatan bagi
Anda untuk bekerja menolongnya agar dapat keluar dari kesalahan. Itu berarti
Anda bisa bekerjasama dengan Allah dalam menjalankan rencana Allah di dalam dan
melalui rumah Anda.
Membiarkan atau mendukung kekeliruan yang dilakukan oleh
suami sama dengan menginginkan iblis masuk dan memimpin rumah tangga. Bersikap
diam dan masa bodoh adalah kesalahan besar yang sering dilakukan oleh para
istri.
a. Bantulah Dia
Dalam Masalah Keuangan
Salah satu cara seorang isteri bisa menolong suaminya
adalah dalam bidang kuangan. Wanita yang menolong suaminya ini adalah wanita
yang terampil. Dia adalah pengelola keuangan keluarga secara bijaksana. Wanita
ini menggunakan ketrampilan-ketrampilannya untuk perbaikan rumahtangganya dan
kemajuan suaminya. Isteri dari Amsal 31 mempunyai semua kerampilan dan
kemampuan dalam dunia ini.
Kalau seorang isteri mulai hidup untuk diri sendiri, maka
berkat rohani dari Allah tidak akan turun atas kehidupannya ataupun
keluarganya. Kalau seorang wanita mulai menjalani kehidupan pernikahannya
dengan hampir tidak pernah memikirkan tentang perbaikan untuk suaminya, wanita
itu sudah bergabung dengan iblis untuk menolong menghancurkan pernikahannya.
b. Bantulah Dia
Sebagai Orangtua
Yang kedua, sang isteri membantu suaminya sebagai
orangtua. Amsal 31:15 mengatakan, “ Ia bangun kalau masih malam, lalu
menyediakan makanan untuk seisi rumahnya, dan membagi-bagikan tugas kepada pelayan-pelayannya perempuan.”
Kemudian dalam ayat 21 kita membaca, “Ia tidak takut kepada salju untuk seisi
rumahnya, karena seluruh isi rumahnya berpakaian rangkap.”
dia bangun lebih pagi dari pada orang-orang yang lain
untuk memastikan segalanya sudah dibereskan.
Mengapa Allah meminta wanita untuk mendahulukan rumah
tangganya? Karena pekerjaan di rumah adalah untuk membesarkan generasi
berikutnya bagi Tuhan. Seorang isteri Kristen membantu suaminya dengan menjadi
pengelola di rumahnya dengan cara mendidik anak-anaknya mengasihi Tuhan dan
mendidik mereka dalam kebenaran.
c. Bantulah Dia
Dalam Pelayanan
Ini adalah tentang seorang isteri yang melayani di
samping suaminya dalam pelayanan mereka bagi Tuhan. Seperti yang dikatakan
Amsal 31:20,26, “Ia memberikan tangannya kepada yang tertindas, mengulurkan
tanganya kepada yang miskin ……. Ia membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran
yang lemah-lembut ada di lidahnya.”
Wanita ini melayani orang-orang yang tertindas dan
membimbing orang-orang yang membutuhkan hikmat Allah. Tidak ada yang bisa
menarik pasangan untuk menjadi lebih dekat selain dari pada melayani Tuhan
bersama-sama. Isteri yang digambarkan di sini tidak punya waktu untuk
bermalas-malasan dan bergossip. Dia tidak punya waktu untuk menonton sinetron
setiap hari. Dia sudah terlalu sibuk melayani Tuhan bersama suami.
Pelayanan seorang Istri bagi Tuhan adalah menjadi patner
pelayanan suami dalam gereja lokal. Tuhan sangat tidak terkesan dengan
kerohanian yang dijalankan secara sendiri, namun yang dimaksudkan untuk
dilakukan bersama-sama. Kecuali pasangan Anda menolak tegas untuk dibantu. Jika
sudah demikian maka Tuhan yang akan mengurus pasangan Anda yang tidak mau hidup
dalam rencana-Nya.
2. Hormatilah Suami Anda
Efesus 5:33, Paulus menuliskan “Bagaimanapun juga, bagi
kamu masing-masing berlaku: kasihanilah isterimu seperti dirimu sendiri dan
isteri hendaklah menghormati suaminya.” Seorang isteri harus menghormati
suaminya.”
Pentingnya sikap Tunduk:
Ayat 22-24 dalam Efesus 5 menjelaskan tentang doktrin
ketundukan. Sikap tunduk adalah sebuah konsep alkitabiah. Yesus menundukkan
diri-Nya pada kehendak Bapa, jadi kita tahu secara langsung bahwa sikap tunduk
tidak ada hubungannya dengan perasaan rendah diri. Yesus setara dengan Allah
Bapa, namun Yesus merendahkan diri tunduk kepada Bapa (lihat Fil. 2:6)
Sikap tunduk berhubungan dengan pencapaian suatu agenda
ilahi. Yesus tunduk kepada Bapa supaya bisa mencapai rencana ilahi dalam
keselamatan kita. Sikap tunduk tidak berarti bahwa dia harus menjadi keset
pintu atau sejenisnya. Setiap wanita setara nilainya dengan setiap laki-laki di
hadapan Allah dan manusia. Sikap tunduk seorang isteri sangat penting artinya.
Ini berarti bahwa dia mengenali posisi suaminya sebagai kepala rumah tangga
untuk menjalankan rencana Allah di dunia ini. Jadi pernikaan, seperti halnya
Tritunggal, merupakan kemitraan yang hirarkis
3. Kasihi Suami Anda
Kita harus mengasihi suami kita (Titus 2:4). Di sini
jelas berbicara tentang kasih yang tulus seorang isteri kepada suami. Kasih
yang rela dan kuat yang tidak didasarkan pada layak tidaknya seorang suami,
tetapi berdasarkan pada perintah Allah dan hal itu diperlihatkan oleh perhatian
seorang isteri dan hati yang tunduk dan taat. Kasih itu nyata, kasih itu diamati, Kasih itu
diperlihatkan melalui apa yang kita lakukan bagi suami kita. Kasih itu keluar
dari hati yang penuh kasih melalui cara kita berlaku terhadap suami kita. Kasih
itu terlihat dalam cara kita merawat Dia.
Mari para istri, kita berdoa setiap hari untuk suami kita.
Doakan pekerjaannya, atasannya, usaha-usahanya, kehidupan rohaninya dan
pelayanannya. Tapi dari semua itu doakan terus hati dan pikirannya agar selalu
di baharui oleh Tuhan menjadi anak Tuhan, suami yang berkenan kepada Tuhan. Tidak
ada yang lebih penting dari itu. Dan semuanya akan mengikutinya ketika suami
kita sudah berkenan kepada Tuhan. Terima kasih.
No comments:
Post a Comment