Banyaknya pengkhotbah saat ini sebenarnya sangat membuat
kita bahagia. Dimana itu menandakan banyaknya anak-anak Tuhan yang sangat
tertarik dengan kebenaran. Namun kenyataannya, banyak dari
pengkhotbah-pengkhotbah yang buka panggilan dari dalam atau bukanlah
destinynya. Bahayanya pengkhotbah seperti itu adalah bagaimana dia berkhotbah
dan tidak sesuai dengan kebenaran bahkan sangat dangkal. Khotbah yang dangkal
dan tidak sesuai dengan kebenaran akan merusak pola pikir banyak jemaat, bahkan
akan memecah jemaat karena mereka punya pandangan atau penilaian mereka
sendiri. Khotbah telah menjadi “bisnis rohani” besar yang digemari oleh para
pencari pemuasan diri atas kekosongan perasaan dan telinga mereka. Tak ayal,
banyak Gereja telah menggantikan khotbah yang alkitabiah dengan banyolan atau
lelucon (2 Timotius 4:3-4). Tak dapat disangkal, pengkhotbah-pengkhotbah demikian
begitu laku keras.
Melihat fenomena ini, saya memeriksa apa yang terjadi ketika
para pengkhotbah modern mengutamakan para pemburu kesenangan telinga dari pada
khotbah yang sebenarnya.
Semua orang yang mengenal segala sesuatu tentang
pelayanan saya tahu bahwa saya telah berkomitmen untuk berkhotbah ekspositori
(Khotbah yang menguraikan secara rinci isi Alkitab). Ini adalah keyakinan saya
yang tak tergoyahkan bahwa penyampaian Firman Tuhan harus selalu menjadi inti
dan fokus pelayanan gereja (1 Timotius 4: 2). Dan khotbah Alkitab yang tepat
harus berpaut dengan pengajaran Roh Kudus. tidak harus sistematis, eksposisi, teologis, tapi tetap berpusat pada Kristus.
Khotbah demikian sangat jarang saat ini. Ada banyak
komunikator berbakat dalam kekristenan modern, tetapi saat ini khotbah-khotbah
cenderung pendek, dangkal, tema-tema khotbah yang membuat ego manusia dan
berfokus pada masalah yang hambar seperti hubungan antar manusia, kehidupan
yang “sukses”, masalah emosional, dan praktek-praktek duniawi lainnya – dan
bukan tema-tema kebenaran yang Alkitabiah. Seperti mimbar modern yang terbuat
dari kaca plastik, demikian juga halnya pesan-pesan khotbah tersebut ringan dan
tanpa substansi, bermutu rendah dan dangkal, tidak bertahan dan tertanam di
benak para pendengar.
1. Merampas otoritas Allah atas jiwa
Apakah seorang pengkhotbah berani menyatakan firman Tuhan
atau tidak, pada akhirnya adalah soal otoritas. Siapa yang memiliki hak untuk
berbicara dalam gereja? Pengkhotbah atau Tuhan? Segala sesuatu yang
menggantikan pemberitaan Firman, di situ otoritas Allah telah dirampok. Betapa
sering saya mendengarkan khotbah-khotbah yang berisikan pikiran dan filsafat
dari pengkhotbah itu sendiri. Anda mungkin juga sering mendengar seorang
pengkhotbah berkata: Saya ingin mengkhotbahkan apa yang ada di hati saya, yang
muncul dipikiran saya, atau yang saya pelajari dari guru saya. Betapa
sombongnya ia melakukannya! Bahkan, sulit untuk membayangkan ada sesuatu yang
lebih kurang ajar yang bisa dilakukan oleh seseorang seperti yang dilakukan
oleh seseorang berkhotbah Tuhan yang sejatinya dipanggil untuk menguraikan
Firman Tuhan.
2. Melepaskan kepemilikan Kristus atas gereja-Nya
Siapakah Kepala gereja? Apakah Kristus benar-benar sumber
utama pengajaran dalam gereja? Jika demikian, lalu mengapa begitu banyak gereja
tidak setia menyuarakan kebenaran Firman Tuhan? Ketika kita melihat pelayanan
masa kini, kita melihat program dan metode yang merupakan buah dari rekayasa
manusia dan pragmatisme lainnya. Para pakar pertumbuhan gereja pada dasarnya
telah merebut kendali agenda gereja dari Kepala sejati, yakni: Tuhan Yesus
Kristus.
Pengkhotbah masa kini yang mengabaikan firman Tuhan telah
menghasilkan umat-umat yang suka berkelahi dan kadang-kadang saling membunuh.
Ketika Yesus Kristus ditinggikan di antara umat-Nya, kuasa-Nya terwujud dalam gereja.
Ketika gereja dipimpin oleh orang-orang yang suka berkompromi, pragmatis, yang
mengubah injil sesuai budaya dan keinginan manusia, hasilnya adalah sebuah
gereja tanpa kuasa ilahi dan gereja tanpa kebenaran.
3. Menghambat Pekerjaan Roh Kudus
Dengan alat apa Roh Kudus melakukan pekerjaan-Nya? Dengan
Firman Tuhan – Alkitab. Roh Kudus menggunakan Firman sebagai alat pembaruan (1
Pet. 1:23;. Yakobus 1:18). Roh Kudus juga menggunakan Alkitab sebagai sarana
pengudusan (Yohanes 17:17). Bahkan, itu adalah satu-satunya alat yang Roh Kudus
gunakan (Ef. 6:17). Jadi, ketika pengkhotbah mengabaikan Firman Allah, mereka
telah menghalangi karya Roh Kudus. Alhasil, keristenan penuh dengan orang-orang
Kristen yang lumpuh rohani atau berkerohanian dangkal dan palsu.
4. Mendemonstrasikan kesombongan dan ketidaktundukan
Pendekatan utama “pelayanan” masa kini adalah Firman
Allah sengaja dipermainkan, salib Kristus pelan-pelan ditolak, teguran Injil
pelan-pelan ditanggalkan, dan “acara kebaktian” sengaja dirancang agar sesuai
dengan keinginan orang-orang berdosa. Itu tidak lain adalah penolakan untuk
tunduk kepada mandat Alkitab bagi gereja. Kelancangan pelayan-pelayan Tuhan
yang mengikuti cara tersebut, bagi saya sungguh mengerikan.
5. Ini memisahkan pengkhotbah itu sendiri dari kasih
karunia penguduskan yang terus-menerus dari Firman Tuhan
Manfaat pribadi terbesar yang saya dapatkan dari
berkhotbah adalah pekerjaan yang Roh Allah lakukan pada diri saya sendiri
ketika saya belajar dan mempersiapkan diri setiap minggu dalam menyiapkan
khotbah. Minggu demi minggu, tugas eksposisi yang teliti menjaga hati saya
sendiri fokus dan lekat pada Alkitab, dan Firman Tuhan memelihara saya
sementara saya mempersiapkan diri untuk menggembalakan domba-domba saya. Jadi
saya secara pribadi diberkati dan diperkuat secara rohani melalui kegigihan dan
ketekunan saya. Saya tidak akan pernah meninggalkan pelayanan mengkhotbahkan
Alkitab, jika tidak ada tugas yang lebih penting dari itu. Mempersiapkan
Khotbah yang benar bagi semua pengkhotbah merupakan anugerah, di mana
Firman-Nya menyucikan, menguduskan dan melindungi para pengkhotbah dari
kekeringan rohani.
6. Ini menutupi kebenaran sebenarnya dan melebihi pesan
kita dan melumpuhkan penyembahan kita secara personal maupun kelompok
Apa yang disampaikan kotbah-kotbah di beberapa gereja
saat ini benar-benar tidak lebih baik daripada apa yang disampaikan oleh
pengkhotbah-pengkhotbah di jaman kakek-nenek kita yang memberikan wejangan lima
menit untuk anak-anak mereka sebelum melepas anak-anak mereka untuk bermain.
Itu tidak berlebihan. Terlalu sederhanya, tidak memdalam, bahkan konyol. Dengn
khotbah semacam itu tidak memungkinkan ibadah yang benar mendapat tempat,
karena ibadah adalah pengalaman transenden. Ibadah seharusnya membawa kita pada
suatu pengalaman rohani yang luar biasa bersama Tuhan dalam kebenaran. Jadi
penyembahan yang benar hanya dapat terjadi jika kita memahami secara mendalam
kebenaran rohani. Umat Tuhan hanya bisa mengalami pengalaman adikodrati /
hadirat Tuhan sejauh mereka dibawa kepada kedalaman kebenaran Firman. Tidak ada
cara bagi mereka untuk dapat memiliki pikiran luhur Allah kecuali kita telah
tenggelamkan mereka kedalaman kebenaran murni Allah. Tapi khotbah saat ini
sungguh tidak mendalam dan juga juga transenden. Tidak turun dan tidak naik.
Hanya bertujuan untuk menghibur telinga (2 Timotius 4:3-4).
Penyembahan yang benar bukanlah sesuatu yang bisa
dubuat-buat oleh seorang worship Leader dengan full band yang keras dan musik
lebih sentimental. Semua itu hanya untuk memuaskan dan membangkitkan emosi
orang. Tapi itu bukan ibadah yang sejati. Ibadah yang benar adalah respon dari
hati atas kebenaran Allah (Yohanes 4:23). Anda sungguh dapat beribadah tanpa
musik jika Anda telah melihat kemuliaan dan kedalaman apa yang Alkitab ajarkan.
7. Ini mencegah pengkhotbah dalam mengembangkan pikiran
Kristus seutuhnya
Pendeta atau pun gembala jemaat seharusnya di bawah
penggembalaan Kristus. Terlalu banyak pengkhotbah masa kini yang jalan pikiran
dibentuk oleh budaya, bukan pikiran Kristus. Mereka berpikir seperti dunia,
tidak seperti Kristus. Terus terang, nuansa budaya duniawi begitu tidak relevan
bagi saya. Saya hanya ingin tahu pikiran Kristus, dan membawa pikiran Kristus
memengaruhi budaya dunia, tidak terkecuali dalam budaya apa pun. Apabila saya
akan berdiri di atas mimbar dan menjadi wakil Yesus Kristus, saya ingin tahu
bagaimana Ia berpikir – dan itu jugalah yang harus menjadi pesan saya kepada
umat-Nya. Satu-satunya cara untuk mengetahui dan menyatakan pikiran Kristus adalah
dengan setia belajar dan memberitakan Firman-Nya. Apa yang terjadi pada para
pengkhotbah-pengkhotbah yang terobsesi pada “relevansi,” budaya, adalah bahwa
mereka menjadi duniawi, bukan berorientasi pada Tuhan.
8. Terjadi krisis keteladanan rohani dan hilangnya
kewajiban belajar Alkitab secara pribadi
Apakah belajar Alkitab secara pribadi penting? Tentu
saja. Tatapi teladan apakah yang ditunjukkan oleh pengkhotbah ketika dia
mengabaikan Alkitab dalam khotbahnya sendiri? Mengapa umat akan berpikir mereka
perlu mempelajari Alkitab jika pengkhotbahnya sendiri tidak melakukan studi
serius dalam penyusunan khotbah-khotbahnya? Saat ini sudah ada gerakan pemburuh “khotbah ricu “(ringan dan lucu)
yang di dalamnya terdapat banyak pengkhotbah-pengkhotbah modern yang berusaha
memangkas sebanyak mungkin referensi ayat-ayat Alkitab dari khotbah – dan
meminta para pengkhotbah untuk tidak beralih ke suatu bagian Alkitab tertentu –
karena hal semacam itu membuat “pemburu khotbah ricu” tidak nyaman. (Beberapa
gereja demikian secara aktif menghimbau jemaat mereka agar tidak membawa
Alkitab ke gereja supaya tidak dipusingkan oleh banyaknya ayat-ayat Alkitab”).
Seolah-olah adalah berbahaya memberikan jemaat kita banyak ayat-ayat Alkitab
dan mengajarkan banyak hal tentang kebenaran Alkitab kepada jemaat kita.
9. Ini mencegah pengkhotbah menjadi suara Tuhan pada
setiap masalah saat ini
Yeremia 8: 9 mengatakan, “Orang-orang bijaksana akan
menjadi malu, akan terkejut dan tertangkap. Sesungguhnya, mereka telah menolak
firman TUHAN, maka kebijaksanaan apakah yang masih ada pada mereka?” Ketika
saya berbicara, saya ingin menjadi utusan Allah. Saya sama sekali tidak
tertarik menafsirkan Alkitab seperti apa yang telah dikatakan oleh beberapa
psikolog, atau guru bisnis, atau dosen tentang suatu masalah. Jemaat saya tidak
perlu pendapat saya; mereka perlu mendengar apa yang dikatakan Tuhan. Jika kita
memberitakan Firman Tuhan sebagaimana yang dikatakan Alkitab, perkataan itu
tidak boleh bersayap, bermakna dua atau memiliki kepentingan lain.
10. Melahirkan jemaat yang lemah dan apatis atas
sebagaimana gembala mereka terhadap kemuliaan Allah
Khotbah yang “memanjakan perasaan” mendorong orang-orang
yang telah mengkonsumsinya memiliki kesejahteraan mereka sendiri. Ketika Anda
berkata ke orang bahwa pelayanan utama gereja adalah semata-mata untuk
memperbaiki apa yang salah pada mereka dalam artian apapun yang salah dalam
kehidupan ini, untuk memenuhi kebutuhan mereka, untuk membantu mereka mengatasi
kekecewaan mereka, dan sebagainya. Pesan yang tengah Anda sampaikan mengenai
masalah mereka menjadi lebih penting daripada kebesaran Tuhan dan kemuliaan
Kristus. Sekali lagi ini merupakan sabotase atas pelayanan sebenarnya. Inilah
fenomena yang terjadi, yaitu khotbah yang selalu berpusat pada keinginan
manusia telah melahirkan generasi yang lemah, lembek, mudah busuk, dan
penyakitan. Sebuah generasi Kristen yang apatis, masa bodoh, tidak peduli dan
tidak kristis.
11. Merampas orang dari satu-satunya sumber penolong
sejati mereka
Umat yang duduk di bawah khotbah yang dangkal menjadi
tergantung pada kepandaian dan kreativitas pembicara. Ketika pengkhotbah
menekankan khotbah-khotbah mereka dengan lampu laser dan asap buatan, klip
video dan drama live, pesan yang mereka sampaikan adalah bahwa tidak ada
doa-doa dari jemaat-jemaat yang duduk di bangku gereja yang bisa menyaring dan
mencerna bahan yang mendalam bagi diri mereka sendiri. Trik-trik semacam itu
menciptakan semacam mekanisme penyaluran yang tidak dapat digunakan umat untuk
melayani diri mereka sendiri. Jadi, mereka menjadi kursi malas yang di temani
kentang-kentang rohani, yang datang hanya untuk dihibur, dan apa pun muatan
rohani yang dangkal yang mereka dapatkan dari kinerja mingguan pengkhotbah
semua akan mereka dapatkan. Mereka tidak memiliki kerinduan mempelajari
Alkitab, karena khotbah yang mereka dengar tidak merangsang dan menumbuhkan
itu. Mereka dibuat kagum oleh kreativitas sang pendeta dan disugesti oleh
kata-kata manis pengkhotbah, dimanipulasi oleh musik, dan itu menjadi membentuk
cara pandang dan karakter kerohanian
mereka.
12. Hal ini mendorong orang untuk menjadi acuh tak acuh
terhadap Firman Tuhan dan otoritas ilahi
Bisa ditebak, sebuah gereja di mana pemberitaan Alkitab
diabaikan, mustahil untuk membuat orang untuk tunduk kepada otoritas Kitab
Suci. Pengkhotbah yang selalu bertujuan pada pemenuhan “kebutuhan perasaan dan
telinga pendengar” dan membuai kesombongan dari orang-orang duniawi tidak
memiliki landasan saat menghadapi pria yang ingin menceraikan istrinya tanpa
alasan. Pria itu akan berkata, “Anda tidak mengerti apa yang saya rasakan. Saya
datang ke sini karena Anda berjanji untuk memenuhi “kebutuhan perasaan” saya.
Dan saya kasih tahu, saya tidak merasa ingin terus hidup dengan wanita ini.
“Anda tidak dapat menyuntikkan otoritas Alkitab ke dalamnya. Tentu saja Anda
tidak akan bisa dengan mudah mengupayakan disiplin gereja. Itu adalah raksasa
ciptaan khotbah yang dangkal. Tetapi jika Anda mencoba memerangi dosa dan
menerapkan segala jenis prinsip yang berkuasa untuk menjaga gereja tetap murni,
Anda harus memberitakan Firman Tuhan.
13. ini terletak pada orang-orang tentang apa yang
sebenarnya mereka butuhkan, bukan apa yang Tuhan hendak Firmankan
Dalam Yeremia 8:11, Allah mengutuk para nabi yang merawat
luka orang dengan sekadarnya. Ayat itu sangat mengena bagi para pengkhotbah
dangkal yang mengisi begitu banyak mimbar saat ini. Mereka menghilangkan
kebenaran yang tegas tentang dosa dan penghakiman Allah. Mereka meredupkan
bagian–bagian Alkitab yang berisikan teguran-teguran keras dari Kristus. Mereka
berbohong kepada orang-orang tentang apa yang sebenarnya mereka butuhkan,
menjanjikan mereka “pemenuhan” dan kesejahteraan duniawi – padahal apa yang
benar-benar dibutuhkan orang adalah kebenaran Allah, wahyu Allah dan kekudusan
Allah.
14. Ini melucuti kuasa mimbar
“Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari
pada pedang bermata dua manapun;..” (Ibr. 4:12). Segala sesuatu yang lain
impoten, hanya memberikan kuasa ilusi. Rencana manusia adalah tidak lebih
penting daripada Alkitab. Kemampuan pemain sandiwara untuk memikat orang
seharusnya tidak memikat kita lebih dari kemampuan Alkitab untuk mengubah
kehidupan.
15. Ini menempatkan tanggung jawab pada pengkhotbah untuk
mengubah orang-orang dengan kepandaiannya
Pengkhotbah-pengkhotbah yang mengikuti cara-cara
pelayanan masa kini pasti berpikir bahwa mereka memiliki kekuatan atau kuasa
untuk mengubah orang. Itu pun, adalah ekspresi kesombongan yang menakutkan.
Kita pengkhotbah tidak bisa menyelamatkan orang-orang, dan kita tidak bisa
menguduskan mereka. Kita tidak bisa mengubah orang-orang dengan wawasan kita,
kepintaran kita, dengan cara menyenangkan mereka, atau dengan menarik keinginan
manusia mereka dan harapan dan ambisi mereka. Hanya ada satu yang bisa mengubah
orang-orang berdosa. Itulah Tuhan, dan Dia melakukannya dengan Roh-Nya melalui
Firman-Nya – Alkitab.
Jadi, beritakanlah Firman, meskipun saat ini dianggap
ketinggalan zaman untuk melakukannya (2 Tim 4: 2). Itulah satu-satunya cara
agar pelayanan Anda benar-benar berbuah. Selain itu, ini menjamin bahwa Anda
akan berbuah dalam pelayanan, karena Firman Allah tidak pernah kembali
kepada-Nya dengan sia-sia; selalu melaksanakan apa yang Dia kehendaki, dan
berhasil dalam apa yang Dia suruhkan kepadanya. (Yesaya. 55:11).
Demikianlah artikel tentang bahayanya khotbah yang
dangkal bagi jemaat. Kiranya kita sadar akan bahaya yang kita ciptakan hanya
karena keegoisan kita dan kedagingan kita yang ingin terkenal dan beternak
anak-anak Tuhan. Mungkin kita dapat berhasil sementara didunia ini. Tapi
ingatlah, Tuhan tidak bisa kita bohongi. Dan hukuman Tuhan itu pasti dan tidak
main-main. Takut dan gentarlah kepada-Nya. Dia Tuhan semesta alam. Dan yang
terpenting Dia Tuhan yang begitu mengasihi kita. Mari sadari itu. Terima kasih.
God Bless..
No comments:
Post a Comment