Kisah yang sangat menginspirasi ini membuat saya tisak
tahan untuk mempublish-nya di blog ini. Karena sangat singkat dan padat
pesannya. Begini kisahnya, di sebuah kerajaan, sang raja mempunyai kesibukan
yang sangat padat. Suatu ketika, raja merasa resah dan tidak tenang.
Penyebabnya, karena sang raja sangat ingin tahu, apakah dengan kegiatan rutin
yang sudah sungguh-sungguh dikerjakannya demi rakyat, telah benar-benar membuat
rakyatnya sejahtera dan bahagia?
Untuk mencari jawaban atas pertanyaan itu, para petinggi
di kerajaan tersebut dimintai nasihat dan pendapat. Tetapi, jawaban yang
diberikan sangat beragam dan tidak memuaskan raja. Maka sang raja pergi dari
istana guna mengunjungi seorang bijak yang terkenal, yang bertempat tinggal di
bawah kaki gunung.
Setibanya di sana, si orang bijak terlihat sedang
mencangkul tanah, penuh perhatian dan konsentrasi. Raja menghampirinya dan
berkata, "Saya datang kemari ingin bertanya kepada Anda, orang
bijak."
Setelah ditunggu beberapa saat dan tidak ada komentar,
raja tiba-tiba mengambil sekop, membantu pekerjaan orang itu sambil melanjutkan
berkata, "Baiklah. Entah kamu mendengar atau tidak, saya tetap akan
bertanya demi kelangsungan kehidupan kerajaan ini. Pertanyaanku adalah apakah
yang telah kulakukan selama ini bermanfaat untuk kesejahteraan rakyat? Selain
itu, kapan waktu yang tepat untuk melaksanakan hal-hal yang bermanfaat bagi
rakyat?" Namun, orang itu tetap membisu.
Dalam kesunyian mereka bekerja, tiba-tiba tampak seorang
pemuda berlari limbung ke arah mereka. Sekujur tubuhnya berlumur darah karena
diserang oleh serigala yang berkeliaran di sekitar sana. Raja dan si orang
bijak segera berlari memberi pertolongan, membawanya masuk ke dalam rumah,
menghentikan pendarahan, membersihkan luka, dan mengganti baju yang robek
terkoyak.
Tak lama, raja pun kelelahan dan tertidur lelap setelah
bekerja mencangkul tanah dan mengobati si pemuda yang terluka. Keesokan hari,
saat terbangun, raja yang penasaran belum mendapat jawaban sekali lagi
mengajukan pertanyaan, sebelum pergi dari sana. Dengan senyum bijak, orang itu
menjawab, "Maafkan hamba yang tidak melayani baginda dengan baik.
Sebenarnya apa yang baginda tanyakan telah terjawab semuanya. Yang dilakukan
baginda dan bermanfaat untuk rakyat adalah sikap dan perasaan baginda setiap
kali berbuat sesuatu, apapun juga, dengan tulus dan dilandasi dengan belas
kasih demi kesejahteraan rakyat dengan adil."
"Kemudian, kapan itu harus dilaksanakan? Jawabannya
adalah saat ini. Karena yang kemarin merupakan masa lalu, dan besok sekadar
harapan. Dan terbukti, baginda tidak segan-segan membantu saya mencangkul tanah
dan tidak canggung pula saat harus menolong pemuda yang sedang terluka parah.
Membantu sesama, tanpa pamrih, serta dilakukan saat ini dengan landasan hati
belas kasih adalah tugas kita sebagai manusia."
Raja sangat puas mendengar jawaban tersebut. "Terima
kasih atas jawaban Anda. Saya berjanji akan memerintah dengan cinta kasih agar
setiap saat selalu bermanfaat." Raja pun berpamitan untuk kembali ke
istana.
Sebagai manusia, siapapun kita hari ini, entah menjadi si
kaya, si hebat, atau si pandai serta entah berkedudukan atau sedang menjabat
sebagai apapun, jangan pernah lupa bahwa kita tercipta tidak sendiri. Kita
semua diciptakan oleh Yang Mahakuasa dengan segala tanggung jawab yang
menyertainya, termasuk untuk saling membantu dan saling memberi.
Karena itu, jika ada kesempatan berbuat baik, tidak perlu
nanti, tidak harus menunggu besok. Segera singsingkan lengan baju, berbuatlah
yang terbaik bagi sekitar kita. Namun, jangan berbuat baik dengan perhitungan
atau pandang bulu, apalagi sampai ada pamrih tertentu. Sebab, sebuah tindakan
jika berlandaskan niat yang salah, akan menghasilkan hasil yang tidak
bermanfaat, bagi diri sendiri, maupun orang lain.
Yuk anak-anak Tuhan berbuat baiklah kepada sesama dengan
penuh ketulusan yang mendalam dan tidak dibuat-buat. Dan, lakukan itu di setiap
kesempatan yang ada, maka hidup akan terasa lebih indah. Sebab, laksana bibit
yang kita tabur, sebuah kebaikan yang kita tanam kelak buahnya kita sendiri
yang akan menuainya. Tidak ada yang sia-sia. Semoga kisah ini dapat menjadi
berkat bagi semua. Terima kasih. God Bless
No comments:
Post a Comment