Marah adalah hal yang wajar jika tepat pada tempatnya. Maksudnya
adalah marah pada durasi yang sangat singkat dan di tempat yang tepat dan saat
yang pas adalah wajar sebagai manusia. Tapi jangan berlarut-larut dan
menimbulkan dosa. Pada artikel sebelum-sebelumnya saya juga sudah menuliskan
tentang cara mengatasi kemarahan yang berdasarkan Alkitab. Alkitab sangat
banyak berbicara tentang kemarahan. Tentu saja, bukan marah yang benar
melainkan teguran tentang kemarahan yang cenderung membawa kita kearah yang
tidak benar dan melangkah ke dalam kejahatan sehingga membuahkan dosa.
Seringkali kita berusaha “membenarkan” diri dalam kemarahan kita dan lebih
sering menuduh hal-hal lain yang salah yang membuat kita marah. Di sisi lain,
kemarahan mengungkapkan sikap hati
nurani terhadap keadilan yang dilanggar di hadapan kita. Namun, kemarahan
sangat mudah untuk membuat kita tergelincir ke jurang dosa kebencian,
kedengkian dan dendam.
Nah, oleh sebab itu, berikut ini beberapa prinsip-prinsip dan
kebenaran Alkitabiah untuk mengenal dan mengendalikan kemarahan kita:
Prinsip pertama
Kemarahan bukanlah disebabkan karena
orang lain atau keadaan di sekeliling kita. Kemarahan biasanya berasal dari
sikap hati kita
Matius 15:19 Karena dari hati timbul segala pikiran
jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat
Seharusnya, tidak ada seorangpun yang dapat membuat kita
marah. Bahkan keadaanpun tidak pernah menjadi penyebab timbulnya kemarahan.
Kemarahan adalah keinginan daging yang timbul dari hati kita. Marah atau tidak
marah, sangat tergantung dari hati kita menyikapinya.
Seringkali, kita menuduh orang lain yang membuat kita
marah bahkan kita juga menuduh lingkungan kita, kita marah karena mereka
mengolok-olok kita, marah karena mereka tidak mendengarkan seruan kita dan
aspek lainnya tanpa menyadari bahwa sumber kemarahan sesungguhnya adalah hati
kita. Bagaimanapun sikap lingkungan jikalau hati kita tidak marah maka pengaruh
lingkungan tersebut tidak berarti.
Prinsip kedua
Kemarahan dikarenakan tidak terpenuhinya
tujuan hati kita
Yakobus 4:1-2 Dari manakah datangnya sengketa dan
pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling
berjuang di dalam tubuhmu? Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak
memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai
tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh
apa-apa, karena kamu tidak berdoa.
Yakobus menulis tentang “keinginan” kita – nafsu dan
tujuan- penyebab segala sengketa dan pertengkaran. Kita mengingini sesuatu
namun tidak bisa mewujudkannya, lalu kita membunuh, bertengkar, dan
bersengketa. Dengan kata lain, kita ingin sesuatu dan kita tidak memperolehnya;
lalu, kita marah. Seharusnya, ketika kita marah kita bertanya pada diri kita
sendiri “adakah sesuatu hal yang benar yang bisa kita dapatkan dari kemarahan
itu? Tercapaikah tujuan kita tersebut ketika kita marah? Sekali-kali tidak.
Seharusnya, bukanlah alasan bagi kita bisa marah jika tujuan kita tidak
tercapai. Langkah yang lebih tepat adalah kita intropeksi diri dan bercermin
apa yang kurang di dalam diri kita.
Prinsip ketiga
Kemarahan tidaklah mengerjakan sesuatu
hal yang benar
Yakobus 1:19-21 Hai saudara-saudara yang kukasihi,
ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat
untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak
mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. Sebab itu buanglah segala sesuatu yang
kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut
firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
Seringkali kita berpikir bahwa dengan amarah mungkin
orang lain akan melakukan hal yang benar. Orangtua seringkali berpikir bahwa
dengan mereka marah, anaknya akan melakukan hal yang benar atau berlaku
“benar”. Namun, sekali lagi Yakobus menuliskan bagi kita bahwa amarah tidak
mengerjakan kebenaran Allah. Intinya, amarah tidak menghasilkan yang baik.
Prinsip keempat
Amarah membawa seseorang menjadi
pendengki
Matius 5:21-22 Kamu telah mendengar yang difirmankan
kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus
dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke
Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka
yang menyala-nyala.
Seringkali kita mengabaikan dampak yang serius dari
kemarahan kita. Seringkali kita menganggap “yang penting saya sudah melepaskan
kemarahan saya” atau “ melepaskan energy kemarahan”. Tetapi Tuhan Yesus berkata
bahwa kemarahan adalah membunuh dalam hati dan merupakan pelanggaran satu dari
sepuluh hukum Tuhan. kemarahan bisa membentuk kita menjadi api neraka.
Salah satu contoh yang saya alami yaitu seseorang yang
marah kepada saya karena alasan yang tidak masuk akal. Dan kemarahannya
tersebut akhirnya membawanya kepada kebencian dan dengki. Dan akhirnya dia
menjadi “api neraka” bagi orang-orang di sekelilingnya.
Prinsip kelima
Amarah membentuk sesuatu hal menjadi
lebih buruk
Amsal 15:1 Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman,
tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.
Amsal 15:18 Si pemarah membangkitkan pertengkaran, tetapi
orang yang sabar memadamkan perbantahan.
Tidak hanya gagal membuahkan kebenaran, kemarahan juga
membuat sesuatu hal menjadi lebih buruk. Marah bisa menular ke orang lain dan
juga menambah perselisihan. Hal ini tentu saja akan bertentangan dengan apa
yang kita harapkan dari orang lain. Dari perkataan Tuhan Yesus dalam Matius
7:12 yang menyatakan bahwa “segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang
perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.” Mengindikasikan
bahwa sebenarnya semua manusia mengharapkan sesamanya berlaku baik kepadanya,
tetapi kemarahan sebaliknya bisa menghasilkan orang lain berlaku buruk terhadap
kita.
Prinsip keenam
Kemarahan membuka peluang bagi Setan
Efesus 4:26-27 Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu
berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah
beri kesempatan kepada Iblis
Ketika kita “menunggu matahari terbenam baru amarah kita
reda” atau tidak sesegera mungkin memperbaiki situasi “marah” tersebut maka
kita telah membuka peluang bagi Setan untuk masuk ke dalam kehidupan kita
dengan menimbulkan kepahitan, balas dendam, fitnah, dan berbagai bentuk dosa
lainnya. Untuk itu, ketika kita dalam kondisi marah, sesegera mungkin
memperbaikinya dengan memberikan pengampunan, saling memaafkan dan kembali
membangun hubungan yang baik dengan yang lainnya.
Demikianlah artikel tentang kemarahan. Enam hal di atas
sangatlah membantu kita untuk mengontrol kemarahan kita. Kita bukanlah tidak
mungkin tidak marah namun dengan prinsip-prinsip di atas, kita pasti membuat
amarah kita tidak akan membuahkan dosa. Dan tentu saja semua pengendalian diri
harus didasari atas kasih karunia Tuhan dan melepaskan keakuan yang ada dalam
diri kita masing-masing. Semoga dapat bermanfaat bagi semua, terima kasih.
Silahkan baca juga : Mengatasi amarah sesuai denganAlkitab
No comments:
Post a Comment