rosediamond717 |
Alkitab bukan saja tentang perjanjian tapi juga
pengalaman setiap tokoh bersama Tuhan. dan Tuhan mengilhamkan itu kepada para
rasulnya untuk ditulis dalam Alkitab adalah supaya kita meneladani dan juga
memiliki kerinduan untuk mengalami pengalaman bersama Tuhan. Ada begitu banyak
tokoh yang patut kita teladani dalam Alkitab. Salah satu tokohnya adalah Yusuf.
Kehidupan Yusuf dalam Alkitab perlu kita teladani dalam kehidupan kita
sehari-hari. Selain Yusuf, tokoh lainnya adalah Abraham. Abraham bahkan telah
kita kenal sebagai bapa segala orang beriman. Hal ini tentunya didasarkan pada
iman percaya Abraham kepada Allah yang begitu luar biasa.
Di dalam Alkitab menceritakan perjalanan hidup Abraham mulai dari
ketika ia masih bernama Abram sampai akhirnya ia kembali ke pangkuan Bapa. Ada
banyak hal yang terjadi dalam hidupnya. Ada banyak keputusan penting yang perlu
ia ambil sepanjang perjalanan hidupnya. Dari setiap kisahnya, dari setiap
keputusannya, kita mampu melihat karakter-karakter Abraham. Karakter tersebut
dapat kita teladani dalam kehidupan kita saat ini.
Dibawah ini tiga keteladanan
Abraham dalam Alkitab:
1. Taat kepada
Allah
Ada begitu banyak kesaksian yang menunjukkan betapa
Abraham taat kepada Allah. Ia beriman, percaya, dan menyaksikan iman tersebut
sepanjang kehidupannya. Keteladanan Abraham dalam Alkitab ini menunjukkan
bagaimana Abraham taat tanpa kompromi. Ia tidak menanyakan apa maksud dan
tujuan segala perintah Allah. Abraham tidak menuntut penjelasan, kehidupan yang
baik. Ia hanya menjalani kehidupannya dan menyerahkan segalanya kepada Tuhan.
Kejadian 12:4
Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lot pun ikut
bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia
berangkat dari Haran.
Ini adalah salah satu contoh kesaksian bagaimana Abraham
taat kepada Allah. Pada Kejadian 12:1-3, Allah memerintahkan Abraham, yang saat
itu masih disebut Abram, untuk pergi keluar dari negerinya. Allah tidak
memberitahu kemana Allah akan membawanya.
Allah hanya mengatakan bahwa Ia akan memberkati Abraham.
Tanpa banyak pertanyaan, tanpa meminta kepastian, ayat 4 menunjukkan bahwa
Abraham langsung pergi, menuruti semua perintah Allah. Abraham tidak takut
hidupnya berantakan karena ia percaya akan tergenapinya ayat Alkitab tentang
keberhasilan dalam hidupnya.
Kejadian
22:9-10 Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham
mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu,
dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. Sesudah itu Abraham
mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.
Kita juga telah mengetahui bagaimana Abraham telah
bersabar menantikan seorang keturunan. Allah telah memberikannya keturunan,
tetapi pada Kejadian 22 Allah meminta Abraham untuk mengorbankan anaknya, yang
sangat dikasihinya. Secara logika, hal ini tentu sangat sulit untuk dilakukan.
Mungkin jika kita ada di posisi tersebut, kita akan
menolak dan berusaha negosiasi dengan Allah. Namun, nyatanya, Abraham tidak
melakukan negosiasi apapun. Ia dengan taat, tanpa pertimbangan, bersedia untuk
mengorbankan Ishak. Abraham menunjukkan sikap berserah yang diinginkan dalam
ayat Alkitab tentang berserah.
2. Mau berdoa
untuk orang lain
Kejadian
18:23-24 Abraham datang mendekat dan berkata: “Apakah Engkau akan melenyapkan
orang benar bersama-sama dengan orang fasik? Bagaimana sekiranya ada lima puluh
orang benar dalam kota itu? Apakah Engkau akan melenyapkan tempat itu dan
tidakkah Engkau mengampuninya karena kelima puluh orang benar yang ada di
dalamnya itu?
Keteladanan Abraham dalam Alkitab yang kedua sangat sulit
untuk kita lakukan. Abraham tidak mengenal semua orang di Sodom dan Gomora.
Abraham hanya tahu bahwa Allah akan membinasakan orang-orang di sana. Namun,
Abraham tetap memiliki belas kasih untuk mereka. Abraham mau berdoa untuk
mereka, meminta pengampunan dari Allah.
Abraham berdoa bagi Sodom dan Gomora bahkan ketika hal
itu tidak menguntungkan ataupun merugikan dirinya sendiri. Abraham memilih
untuk menunjukkan kasihnya, dibandingkan membicarakan kejahatan Sodom-Gomora
seperti tertulis pada ayat Alkitab tentang membicarakan keburukan orang lain. Hal
ini tentu menjadi teladan untuk kita. Sebagai orang Kristen yang memiliki belas
kasih, kita seharusnya tidak hanya terus berdoa untuk diri kita sendiri. Kita
juga perlu untuk mendoakan orang lain.
3. Rendah hati
Kejadian 18:27
Abraham menyahut: “Sesungguhnya aku telah memberanikan diri berkata kepada
Tuhan, walaupun aku debu dan abu.
Kejadian 23:4
“Aku ini orang asing dan pendatang di antara kamu; berikanlah kiranya kuburan
milik kepadaku di tanah kamu ini, supaya kiranya aku dapat mengantarkan dan
menguburkan isteriku yang mati itu.”
Pribadi yang rendah hati menjadi keteladanan Abraham
dalam Alkitab yang ketiga. Abraham merupakan orang yang sangat dikasihi Allah.
Ia diberkati dan disertai Allah dengan luar biasa. Namun, dengan hal tersebut,
ia tidak menjadi sombong dan tinggi hati. Ia tetap mengakui bahwa ia hanyalah
debu dan abu di mata Tuhan. Ia tetap mengakui bahwa Allah lah yang Maha Kuasa,
yang berkuasa atas segala sesuatu. Ini menjadi bentuk penyembahan yang benar
menurut Alkitab dari Abraham untuk Allah. Abraham tidak hanya bersikap rendah
hati di hadapan Tuhan. Ia pun rendah hati di hadapan manusia. Ia tidak segan
untuk mengatakan bahwa ia hanyalah orang asing dan pendatang. Padahal, jika ia mau, ia dapat menggunakan kekayaannya
untuk menuntut apa yang ia inginkan.
Nah, itulah tiga keteladanan Abraham dalam Alkitab. Tentu
masih ada hal-hal lainnya yang dapat kita teladani dari Abraham. Namun, ketiga
hal ini menjadi hal yang sangat penting untuk kita teladani saat ini. Di tengah
segala kesulitan, segala kesukaran, segala tantangan yang kita alami, kita
seharusnya mampu meneladani sikap taat, percaya, dan berserah Abraham kepada
Allah. Sikap ini akan membantu kita untuk terus bersyukur dan memiliki motivasi
untuk hidup seperti yang difirmankan dalam ayat Alkitab untuk motivasi hidup.
Selain itu, di tengah situasi penuh kebencian, penuh
kerusuhan saat ini, kita seharusnya mampu meneladani sikap Abraham yang rindu
untuk berdoa bagi orang lain, memohon belas kasihan Allah bagi orang lain.
Meski saat ini kita banyak mengalami penghinaan seperti yang dikatakan ayat
Alkitab tentang penghinaan agama, kita harus mampu untuk memiliki belas kasih
kepada mereka. Di tengah maraknya nepotisme, kesombongan, dan materialisme,
kita dituntut untuk mampu meneladani Abraham yang rendah hati. Dengan segala
yang ia miliki, tidak menjadikannya sombong. Kiranya kita mampu meneladani
Abraham untuk menjadi berkenan kepada Tuhan. Imannya yang kokoh tanpa peduli apapun
di depannya. Semoga bermanfaat terima kasih. God bless..
No comments:
Post a Comment