Hari Natal adalah sebuah pesta kebahagiaan yang tidak
terhingga pada jaman dulu menurut saya. Dimana orang-orang akan sangat
bergembira menyambutnya. Bahkan tidak sedikit orang tua yang reka berhutang
untuk membelikan anak-anaknya baju baru dan kado untuk merayakan Natal
tersebut. Dan bukan hanya bergembira, namun banyak yang mengerti makna dari Natal tersebut. Tapi sekarang sepertinya itu hilang. Dan tidak masalah sih jika makna
Natal itu benar-benar tetap di mengerti setiap kita anak-anak Yesus sekalipun tanpa
perayaan seperti dulu lagi. Natal tanpa Kristus adalah kalimat yang dapat kita
simpulan dari perayaan-perayaan natal di zaman modern ini. Benar kata seorang
teolog: “Natal, kini menjadi medan tarik menarik antara penghayatan dan
hiburan, antara pesan dan teknologi, antara pelayanan dan performance.” Yesus
Kristus sang Natal tidak lagi mendapat tempat utama dalam perayaan Natal
modern.
Nah pertanyaannya, Apa yang salah dengan perayaan Natal dewasa ini? Natalnya yang salah
atau cara perayaannya yang keliru?
Kita anak-anak Tuhan Yesus harus introspeksi, agar tak terjebak
pada seremonial pesta akhir tahun, atau pesta hari ulang tahun, dengan semangat
hura-hura. Natal tak boleh kehilangan penghayatannya, seperti kental terasa
pada lagu malam Kudus. Sebuah perenungan yang serius dan mendalam. Bahwa gereja
perlu merekonstruksi perayaan Natal, adalah hal yang harus. Karena harus
diakui, bahwa kini perayaan Natal terasa hedonis, serba memuaskan emosi, dan
kehilangan jiwanya. Namun itu tidak berarti Natal salah, sehingga mereka yang
kontra berusaha keras melawannya. Karena yang terjadi sesungguhnya adalah bahwa
umat yang merayakanlah yang salah memaknainya. Bukan hari Natalnya yang salah.
Natal adalah suatu perjalanan terjauh dan tidak terukur
dari surga ke bumi. Natal, juga sebuah kerelaan terhina yang tak bisa dipahami
akal manusia, yaitu Allah yang suci menjadi manusia yang hina. Natal itu
“turba” (turun ke bawah) yang sejati, bukan “turba” model para pejabat tinggi
yang penuh tipu daya, serta promosi diri, yang pura-pura merendah padahal
supaya dipuji, dan berharap terangkat tinggi. Natal juga bukan berpesta-pora,
mengadakan bazzar Natal, Christmas carol, konsert ini dan itu. Natal itu
membuat kita menangis, karena Yesus rela melepas keillahiannya untuk datang ke
dunia. Tetapi natal juga membuat kita bahagia karena Yesus bersama dan memeluk
kita. Dengan demikian, Natal adalah absolut paradoks, karena di sana ada tangis
dan tawa, ada duka dan bahagia sekaligus.
Merayakan natal adalah tindakan rasa syukur atas Yesus
Kristus yang telah datang ke dalam dunia untuk menyelamatkan kita dari
kebinasaan. Ini adalah peristiwa yang
sangat agung dan mulia. Hari kelahiran Kristus adalah hari di mana Allah
yang agung dan mulia meninggalkan kemuliaannya dengan menghampahkan diri
menjadi manusia (Filipi 2:5-7). Penghampaan diri yang dilakukan pribadi Allah
yang kedua itu sedemikian drastis, karena bukan hanya menjadi manusia saja
bahkan menjadi manusia yang paling hina. Ia dilahirkan disebuah kandang, bukan
disebuah gua. Hampir tidak ada manusia yang sedemikian miskin dan hina sehingga
ia dilahirkan di sebuah kandang. Hal ini menunjukan bahwa ia bermaksud
menyelamatkan manusia yang paling hina sekalipun. Yesus tidak mau ada orang
yang berpikir bahwa dirinya terlalu hina atau terlalu berdosa untuk mendapatkan
anugerah keselamatan. Sebaliknya Tuhan tidak dapat menyelamatkan orang yang
menganggap dirinya terlalu berharga dan penting untuk datang pada-Nya.
Dibutuhkan kerendakan hati bagi orang kaya, orang
terpandang, pejabat untuk datang menyembah seorang bayi yang terbaring disebuah
palungan dalam kandang yang kotor dan bau. Oleh sebab itu tidak salah Yesus
berkata bahwa orang kaya sukar masuk sorga. Seperti seekor unta masuk ke dalam
lobang jarum. Mengapa? Bukan kekayaannya yang menghalanginya masuk sorga,
tetapi kesombongannyalah yang menghalanginya. Lebih parah lagi orang miskin
tapi sombong. Yang demikian ibarat gaja masuk lobang jarum.
Perayaan Natal akan sangat bermakna kalau yang
merayakannya memahami makna Natal yang sebenarnya. Yesus Kristus lahir karena
dosa-dosa kita, disiksa karena pelanggaran kita dan mati di kayu salib untuk
menyelamatkan kita orang berdosa. Kelahiran-Nya untuk menegakkan kekudusan
Allah dan membuktikan kesetiaan janji-Nya. Akhirnya, kelahiran Yesus Kristus
adalah anugerah terbesar yang pernah ada.
Makna
POHON TERANG
Pohon Terang yang
menghiasi rumah kita pada saat Natal, membuat kita menjadi semangat dan
sukacita menyambut Natal. Terutama bagi anak-anak. Mengapa ada pohon terang
diperayaan Natal? Sejarah tidak mencatat kapan persisnya pohon Natal itu
muncul. Namun ada makna dibalik pohon Natal tersebut. Ada beberapa kelompok
menuduh bahwa kekristenan menyembah dewa pohon, tetapi tidak ada data sejarah
yang mendukung hal itu. Tidak ada bukti sejarah bahwa Pohon Natal berhubungan
dengan penyembahan berhala.
Beberapa penulis berpendapat bahwa pohon natal pertama
diadakan oleh Bonaface, misionaris inggris yang pergi ke jerman pada abad
kedelapan. Menurut dugaan dia menggantikan pengorbanan pohon Oak Dewa Odin
dengan pohon cemara yang dihiasi sebagai penghormatan kepada Kristus. Beberapa
sejarawan juga mengklaim bahwa Martin Lutherlah yang pertama memperkenalkan
pohon natal yang diterangi oleh lilin (John MacArthur, Six ways satan stealing
Christmas).
Tidak penting siapakah yang memulai menggunakan Pohon
Terang dalam sejarah Natal, yang pasti tidak ada bukti yang sahih yang
menunjukan bahwa Pohon Terang berhubungan dengan pengyembahan berhala. Yang
bisa kita lakukan adalah mencari tahu apa arti dan makna dibalik Pohon yang
memancarkan terang diperayaan natal kristiani.
Mengapa ada pohon terang dalam perayaan natal? Apakah
salah kita menaruh pohon terang dalam rumah atau di gereja pada momentum natal?
Pohon Natal adalah jenis pohon Den (tanne baum) yang melambangkan kekekalan
atau keabadian.
Dalam iklim 4 musim seperti di Eropa dan Amerika dimana
umumnya pohon-pohon mengalami perubahan sesuai dengan iklim yang terjadi, yaitu
musim salju (pohon gundul), musim semi (pohon mulai bertunas), musim kemarau
(pohon daunnya berbunga), musim gugur (pohon daunnya berguguran).
Namun tidak demikian halnya dengan pohon Den. Pohon Den
merupakan pohon yang tetap hijau sepanjang ke-4 musim itu. Ini menunjukan
simbol kekekalan di tengah ketidakkekalan pohon-pohon lain, dan kemudian
dijadikan lambang bahwa kebenaran Tuhan Yesus menggambarkan ajaran yang kekal
dan abadi di tengah dunia yang berubah-ubah dan tidak kekal. Karena pohon Den
adalah lambang atau simbol kekekalan, maka modernisasi pohon natal dengan
mengganti pohon Den dengan pohon yang lain,
dan bahan tertentu akan menghilangkan makna dan arti yang selama ini
melekat pada Pohon Terang.
Dan sementara itu hiasan Natal berkembang kemudian pada abad
ke-18, ketika itu umat Kristen di barat merasa tidak cukup lagi hanya dengan
pohon Den, dan perlu ditambah dengan pernak-pernik serta asesoris lainnya.
Sejak saat itu dan sampai hari ini suasana kesederhanaan Natal tertutup dengan pesta
pora Natal dengan segalah hiasan dan pestanya yang mewah. Pada akhirnya Natal
Kristus kehilangan arti dan maknanya.
Demikianlah arti dan makna dari Natal dan pohon terang. kiranya kita sebagai anak Tuhan lebih lagi memperhatikan untuk mengerti apa itu makna Natal bagi kita anak-anak Tuhan. jangan hanya seremonial yang bahkan menghilangkan sukacita kita akan kelahiran Tuhan dan Juru Slamat kita dengan kado, pakaian mewah dan mabuk-mabukan. itu tidak benar dan harus kita tinggalkan. Semoga bermanfaat, terima kasih. God Bless..
No comments:
Post a Comment