Breaking

Thursday, November 8, 2018

Arti Natal dan Pohon Terang


Hari Natal adalah sebuah pesta kebahagiaan yang tidak terhingga pada jaman dulu menurut saya. Dimana orang-orang akan sangat bergembira menyambutnya. Bahkan tidak sedikit orang tua yang reka berhutang untuk membelikan anak-anaknya baju baru dan kado untuk merayakan Natal tersebut. Dan bukan hanya bergembira, namun banyak yang mengerti makna dari Natal tersebut. Tapi sekarang sepertinya itu hilang. Dan tidak masalah sih jika makna Natal itu benar-benar tetap di mengerti setiap kita anak-anak Yesus sekalipun tanpa perayaan seperti dulu lagi. Natal tanpa Kristus adalah kalimat yang dapat kita simpulan dari perayaan-perayaan natal di zaman modern ini. Benar kata seorang teolog: “Natal, kini menjadi medan tarik menarik antara penghayatan dan hiburan, antara pesan dan teknologi, antara pelayanan dan performance.” Yesus Kristus sang Natal tidak lagi mendapat tempat utama dalam perayaan Natal modern. 

Nah pertanyaannya, Apa yang salah dengan perayaan Natal dewasa ini? Natalnya yang salah atau cara perayaannya yang keliru?
Kita anak-anak Tuhan Yesus harus introspeksi, agar tak terjebak pada seremonial pesta akhir tahun, atau pesta hari ulang tahun, dengan semangat hura-hura. Natal tak boleh kehilangan penghayatannya, seperti kental terasa pada lagu malam Kudus. Sebuah perenungan yang serius dan mendalam. Bahwa gereja perlu merekonstruksi perayaan Natal, adalah hal yang harus. Karena harus diakui, bahwa kini perayaan Natal terasa hedonis, serba memuaskan emosi, dan kehilangan jiwanya. Namun itu tidak berarti Natal salah, sehingga mereka yang kontra berusaha keras melawannya. Karena yang terjadi sesungguhnya adalah bahwa umat yang merayakanlah yang salah memaknainya. Bukan hari Natalnya yang salah.

Natal adalah suatu perjalanan terjauh dan tidak terukur dari surga ke bumi. Natal, juga sebuah kerelaan terhina yang tak bisa dipahami akal manusia, yaitu Allah yang suci menjadi manusia yang hina. Natal itu “turba” (turun ke bawah) yang sejati, bukan “turba” model para pejabat tinggi yang penuh tipu daya, serta promosi diri, yang pura-pura merendah padahal supaya dipuji, dan berharap terangkat tinggi. Natal juga bukan berpesta-pora, mengadakan bazzar Natal, Christmas carol, konsert ini dan itu. Natal itu membuat kita menangis, karena Yesus rela melepas keillahiannya untuk datang ke dunia. Tetapi natal juga membuat kita bahagia karena Yesus bersama dan memeluk kita. Dengan demikian, Natal adalah absolut paradoks, karena di sana ada tangis dan tawa, ada duka dan bahagia sekaligus.

Merayakan natal adalah tindakan rasa syukur atas Yesus Kristus yang telah datang ke dalam dunia untuk menyelamatkan kita dari kebinasaan. Ini adalah peristiwa yang  sangat agung dan mulia. Hari kelahiran Kristus adalah hari di mana Allah yang agung dan mulia meninggalkan kemuliaannya dengan menghampahkan diri menjadi manusia (Filipi 2:5-7). Penghampaan diri yang dilakukan pribadi Allah yang kedua itu sedemikian drastis, karena bukan hanya menjadi manusia saja bahkan menjadi manusia yang paling hina. Ia dilahirkan disebuah kandang, bukan disebuah gua. Hampir tidak ada manusia yang sedemikian miskin dan hina sehingga ia dilahirkan di sebuah kandang. Hal ini menunjukan bahwa ia bermaksud menyelamatkan manusia yang paling hina sekalipun. Yesus tidak mau ada orang yang berpikir bahwa dirinya terlalu hina atau terlalu berdosa untuk mendapatkan anugerah keselamatan. Sebaliknya Tuhan tidak dapat menyelamatkan orang yang menganggap dirinya terlalu berharga dan penting untuk datang pada-Nya.

Dibutuhkan kerendakan hati bagi orang kaya, orang terpandang, pejabat untuk datang menyembah seorang bayi yang terbaring disebuah palungan dalam kandang yang kotor dan bau. Oleh sebab itu tidak salah Yesus berkata bahwa orang kaya sukar masuk sorga. Seperti seekor unta masuk ke dalam lobang jarum. Mengapa? Bukan kekayaannya yang menghalanginya masuk sorga, tetapi kesombongannyalah yang menghalanginya. Lebih parah lagi orang miskin tapi sombong. Yang demikian ibarat gaja masuk lobang jarum.

Perayaan Natal akan sangat bermakna kalau yang merayakannya memahami makna Natal yang sebenarnya. Yesus Kristus lahir karena dosa-dosa kita, disiksa karena pelanggaran kita dan mati di kayu salib untuk menyelamatkan kita orang berdosa. Kelahiran-Nya untuk menegakkan kekudusan Allah dan membuktikan kesetiaan janji-Nya. Akhirnya, kelahiran Yesus Kristus adalah anugerah terbesar yang pernah ada.

Makna POHON TERANG

Pohon Terang  yang menghiasi rumah kita pada saat Natal, membuat kita menjadi semangat dan sukacita menyambut Natal. Terutama bagi anak-anak. Mengapa ada pohon terang diperayaan Natal? Sejarah tidak mencatat kapan persisnya pohon Natal itu muncul. Namun ada makna dibalik pohon Natal tersebut. Ada beberapa kelompok menuduh bahwa kekristenan menyembah dewa pohon, tetapi tidak ada data sejarah yang mendukung hal itu. Tidak ada bukti sejarah bahwa Pohon Natal berhubungan dengan penyembahan berhala.

Beberapa penulis berpendapat bahwa pohon natal pertama diadakan oleh Bonaface, misionaris inggris yang pergi ke jerman pada abad kedelapan. Menurut dugaan dia menggantikan pengorbanan pohon Oak Dewa Odin dengan pohon cemara yang dihiasi sebagai penghormatan kepada Kristus. Beberapa sejarawan juga mengklaim bahwa Martin Lutherlah yang pertama memperkenalkan pohon natal yang diterangi oleh lilin (John MacArthur, Six ways satan stealing Christmas).

Tidak penting siapakah yang memulai menggunakan Pohon Terang dalam sejarah Natal, yang pasti tidak ada bukti yang sahih yang menunjukan bahwa Pohon Terang berhubungan dengan pengyembahan berhala. Yang bisa kita lakukan adalah mencari tahu apa arti dan makna dibalik Pohon yang memancarkan terang diperayaan natal kristiani.

Mengapa ada pohon terang dalam perayaan natal? Apakah salah kita menaruh pohon terang dalam rumah atau di gereja pada momentum natal? Pohon Natal adalah jenis pohon Den (tanne baum) yang melambangkan kekekalan atau keabadian.

Dalam iklim 4 musim seperti di Eropa dan Amerika dimana umumnya pohon-pohon mengalami perubahan sesuai dengan iklim yang terjadi, yaitu musim salju (pohon gundul), musim semi (pohon mulai bertunas), musim kemarau (pohon daunnya berbunga), musim gugur (pohon daunnya berguguran).

Namun tidak demikian halnya dengan pohon Den. Pohon Den merupakan pohon yang tetap hijau sepanjang ke-4 musim itu. Ini menunjukan simbol kekekalan di tengah ketidakkekalan pohon-pohon lain, dan kemudian dijadikan lambang bahwa kebenaran Tuhan Yesus menggambarkan ajaran yang kekal dan abadi di tengah dunia yang berubah-ubah dan tidak kekal. Karena pohon Den adalah lambang atau simbol kekekalan, maka modernisasi pohon natal dengan mengganti pohon Den dengan pohon yang lain,  dan bahan tertentu akan menghilangkan makna dan arti yang selama ini melekat pada Pohon Terang.

Dan sementara itu hiasan Natal berkembang kemudian pada abad ke-18, ketika itu umat Kristen di barat merasa tidak cukup lagi hanya dengan pohon Den, dan perlu ditambah dengan pernak-pernik serta asesoris lainnya. Sejak saat itu dan sampai hari ini suasana kesederhanaan Natal tertutup dengan pesta pora Natal dengan segalah hiasan dan pestanya yang mewah. Pada akhirnya Natal Kristus kehilangan arti dan maknanya.

Demikianlah arti dan makna dari Natal dan pohon terang. kiranya kita sebagai anak Tuhan lebih lagi memperhatikan untuk mengerti apa itu makna Natal bagi kita anak-anak Tuhan. jangan hanya seremonial yang bahkan menghilangkan sukacita kita akan kelahiran Tuhan dan Juru Slamat kita dengan kado, pakaian mewah dan mabuk-mabukan. itu tidak benar dan harus kita tinggalkan. Semoga bermanfaat, terima kasih. God Bless..

No comments:

Post a Comment